TY - THES N1 - Pembimbing : Drs Budi Ruhiyatudin, M.Hum. Drs Fuad Zein M.A. ID - digilib2615 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2615/ A1 - HUSNI MUBAROK NIM: 02361610, Y1 - 2009/06/11/ N2 - ABSTRAK Konsekuensi logis dari adanya ikatan antara suami-isteri tersebut adalah timbulnya hak dan kewajiban diantara keduanya yaitu hak isteri untuk dipenuhi oleh suami dan sebaliknya, serta hak bersama yang harus ditanggung bersama. Bila hak dan kewajiban yang ada dalam rumah tangga terpenuhi sesuai porsinya masing-masing, maka akan tercipta keluarga yang baik serta harmonis dan sebaliknya apabila hak dan kewajiban tidak dilaksanakan dengan baik oleh suami atau isteri, maka akan menumbuhkan konflik yang dapat merongrong stabilitas keluarga tersebut. Konflik suami isteri menurut penjelasan al-Qur'an disebut dengan nusyuz yang dalam perkembangannya mengalami pedebatan dikarenakan adanya bias gender dalam penafsiran ayat tersebut. Ada perbedaan pendapat antara dua ulama dalam membahas tentang nusyuz yaitu Imam asy-Syafiââ?¬â?¢i dan Amina Wadud. Hal ini menarik perhatian penyusun untuk meneliti lebih jauh tentang perbedaan pendapat antara kedua ulama tersebut. Dengan menggunakan metode deskriptik-analitis penyusun mencoba mengungkap perbedaan antara kedua ulama tersebut. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka. Dari penelitian yang dilakukan dapat ditemukan bahwa terdapat perbedaan penafsiran surat an-Nisa ayat 34 dan 128, kedua ulama ini berbeda dalam menafsirkan kata ââ?¬Å?qanitatââ?¬Â. Imam asy-Syafiââ?¬â?¢i menafsirkan bahwa wanita (isteri) harus tunduk dan patuh mberikan pengertian ketaatan sebagai kepatuhan total dari isteri kepada suaminya. Hal ini adalah konsekuensi dari ayat sebelumnya bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Sedangkan Amina Wadud menafsirkan kata ââ?¬Å?qanitatââ?¬Â dalam ayat tersebut tidak dengan artian ââ?¬Å?kepatuhanââ?¬Â apalagi dikaitkan dengan kepatuhan terhadap suami, ââ?¬Å?kepatuhanââ?¬Â disini adalah kepatuhan terhadap Allah SWT. Keduanya juga berbeda dalam menetapkan pemukulan sebagai salah satu solusi penyelesaian nusyuz dimana Amina Wadud tidak setuju menyertakan tindakan ini dalam solusi penyelesaian nusyuz. Adapun dalam penetapan solusi bagi suami nusyuz kedua ulama tersebut juga juga berbeda pendapat. Imam asy-Syafiââ?¬â?¢i cenderung berpandangan bahwa pihak isteri adalah pihak yang lemah dan solusinya adalah al-Sulhu ââ?¬Ë?ala alinkar dalam proses perdamaian (sulhu). Sedangkan Amina Wadud tidak sependapat atau menolak solusi penyelesaian nusyuz oleh suami. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak terlepas dari perbedaan sosio-kultur dimana mereka tinggal. Kondisi sosial masyarakat Imam asy-Syafiââ?¬â?¢i yang cenderung petriarkhis sangat bertolak belakang dengan kondisi sosial masyarakat Amina Wadud yang liberal. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - Nusyuz KW - Imam Syafi'i KW - Amina Wadud. M1 - skripsi TI - NUSYUZ (STUDI KOMPARATIF ANTARA IMAM ASY-SYAFI?I DAN AMINA WADUD) AV - restricted ER -