TY - THES N1 - Drs. H. Chaliq Muchtar M. Si ID - digilib26220 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26220/ A1 - Agus Gofron Tamami, NIM. 99 53 3069 Y1 - 2004/07/22/ N2 - Ber-siwik atau menggosok gigi kerap sekali kita dengar dan bahkan kita telah mempraktikkan sehari-hari. Ada suatu kasus menarik tentang ber-siwik, seperti yang telah teraplikasikan di suatu komunitas pondok pesantren di desa­ desa kecil. Santri atau kiai yang tinggal di sana terlihat menggosok giginya dengan kayu arak, yang berasal dari Hijaz dan biasanya diperoleh melalui ibadah haji bagi jemaah yang membawanya, setiap kali akan menjalankan ibadah baik sunah maupun wajib. Padahal kalau mau diteliti, mereka masih menggunakan alat pembersih gigi yang lain, seperti sikat gigi dan pastanya. Hal inilah yang memberi inspirasi untuk menulis, bagaimana ia memahami pesan Rasul? Lantas yang menjadi pokok persoalan dalam skripsi ini adalah bagaimana memahami hadis tentang ber-siwik menjelang ibadah salat dari berbagai macam perspektif untuk kemudian mengaplikasikan dan melihat relevansinya dengan saat sekarang. Berdasarkan keilmuan-keilmuan hadis, metode yang dipakai dalam menganalisis hadis adalah dengan seperangkat ilmu kritik sanad dan matan dan dianalisisnya. Selanjutnya dalam rangka pemaknaan lebih lanjut yang dikenal sebagai Jlmu Ma'in al-lfadJS, penulis berusaha menganalisisnya dengan disiplin ilmu yang membantu. Di sini diuraikan dengan cara deskriptif analitis, yaitu berusaha memaparkan obyek kajian dengan teori-teori yang sudah ada kemudian dianalisisnya secara cermat. Ber-siwik adalah obyek yang dikaji, menelaahnya kembali secara matan, penulis menyimpulkan bahwa gosok gigi merupakan suatu keharusan yang mendekati wajib, mirip-mirip diwajibkannya wudu' sebelum salat sebagai syarat sah salat. Khusus dalam ibadah salat, selain merupakan bagian dari persiapan ber­ taqirub kepada Allah dan mendapatkan perhatian utama dengan kuantitas pahala yang berlipat-lipat, juga akan menghindarkan dari batalnya seperti halnya puasa. Kemudian diperluas dengan mendudukkan dan mensejajarkan sebagai fenomena sosial-budaya, seperti misalnya pakaian, menu makanan, mitos, rituil, seperti halnya gejala kebahasaan, yaitu kalimat atau teks adalah sebuah keniscayaan. Dan mendapatkan kesimpulan, bahwa seharusnya ber-siwik tidak hanya dilaksanakan sebagaimana di atas tetapi diaplikasikan setiap saat. Hal ini tercermin dalam kehidupan Rasulullah, seperti menggosok gigi saat bangun dari tidur, membaca al-Qur'an, mulut berubah baunya dan Jain sebagainya. Selain itu, siwik (sebagai alat, bernama ilmiah Salvadora Persica), yang dipakai pada zaman Nabi adalah karena persoalan budaya semata. Sekalipun demikian, secara kimiawi komposisi siwik, di antaranya Trimetyle Amine, Alkaloida, Khlor, Fluoride, Saponin, Tannin, Resin, Belerang, Vitamin C dan Sterol mempunyai efek yang baik untuk pemeliharaan dan kesehatan gigi. Sehingga bisa dipahami untuk dipraktikkan dalam keseharian, kemudian mencoba mengkomunikasikannya dengan aspek kesehatan. Ternyata menjadi kebutuhan masing-masing individu anggota masyarakat dan ia tetap relevan semng bergulirnya waktu dan bergesernya ruang yang sangat beda budaya. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Keutamaan bersiwak KW - Ibadah sholat M1 - skripsi TI - HADIS TENTANG KEUTAMAAN BER-SIWAK MENJELANG IBADAH SALAT (Telaah Ma'an al-Hadis) AV - restricted EP - 114 ER -