%0 Thesis %9 Skripsi %A Ahmad Taswin, NIM. 99414179 %B Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan %D 2004 %F digilib:26292 %I UIN Sunan Kalijaga %K pendidikan agama Islam, pembelajaran %P 134 %T MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA (Studi Kritis Buku Pelajaran PAI untuk SMU) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26292/ %X 1. Materi pendidikan agama Islam Sekolah Menengah Umum ditinjau dari konsep kecerdasan spiritual adalah materi yang dalam setiap pokok bahasannya disampaikan kepada siswa dengan memakai paradigma yang lebih luas dan kontekstual. Karena siswa memiliki nalar kritis yang cenderung selalu ingin bertanya (curiosity) dan memiliki rasa selalu ingin mengubah atau memperbaiki. Seluruh materi pendidikan agama Islam yang mencakup tujuh unsur pokok, yaitu : Keimananan, Jbadah, AlQur'an, Akhlak, Mu'amalah, Syari'ah dan Tarikh diperkaya dengan wacana-wacana baru dari berbagai aspek kehidupan siswa. Dalam perspektif konsep kecerdasan spiritual, materi pendidikan agama Islam merupakan alat atau sarana bagi siswa untuk memahami ajaran-ajaran agama secara lebih luas dan inklusif. Menjadikan siswa menjalankan agama tidak secara picik, eksklusif, fanatik buta dan penuh prasangka. Akhirnya, sebagai sebuah kepastian bahwa materi pendidikan agama Islam bila diajarkan dengan lebih mengedepankan kecerdasan spiritual daripada kecerdasan intelektual akan mencetak output pendidikan dengan kualitas spiritual yang tinggi. 2. Materi pendidikan agama Islam yang terdapat dalam buku pelajaran PAl yang diajarkan di SMU kelas 3 ini dinilai belum memiliki relevansi dalam upaya pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Hal ini ditengarai oleh banyaknya pokok bahasan yang secara dangkal membahas materi yang diajarkan sehingga cenderung hanya menyentuh aspek kognisi anak, sedangkan aspek afeksi dan psikomtorik anak mendapat porsi yang lebih sedikit. Misalnya, materi Al-Qur'an disampaikan cenderung bersifat tekstual dengan hanya menekankan keterampilan intelektual, seperti membaca, menulis dan mengartikan. Kemudian materi syari'ah dan mu'amalah, dalam penyampaian kedua materi hukum tersebut dipakai spektrurn yang cenderung sempit dan tidak kontekstual. Padahal manusia memiliki nalar kritis yang cenderung selalu ingin bertanya mengapa kita memiliki aturan (baca: hukum) atau situasi apakah aturan atau situasi apakah aturan itu bisa diubah atau diperbaiki. Oleh karena itu, dengan kecerdasan spiritu(;l.l pemahaman terhadap makna dibalik aturan dan hukum akan Iebih arif dan dan inklusif. Keberadaan Pendidikan Agama Islam (PAl) di lembaga-lembaga pendidikan formal (baca sekolah) dewasa ini semakin banyak diperbincangkan. Efektivitas pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah dipertanyakan oleh banyak kalangan menyusul maraknya fenomena perilaku menyimpang para siswa sekolah yang kian hari semakin memprihatinkan. Berita-berita di media massa mengenm tawuran, penyalahgunaan narkoba, seks bebi:ls dan tindak kriminal yang melibatkan para siswa sekolah merupakan topik utama. %Z 1. Drs. H. Muhammad Asrori, M.Pd 2. Suwadi, M. Ag