%0 Thesis %9 Skripsi %A LIZA FARLINA, NIM. 01520539 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2005 %F digilib:26687 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Dukun Pengobatan, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, %P 124 %T DUKUN PENGOBATAN DI KECAMATAN BATANG MERANGIN KABUPATEN KERINCI, PROPINSI JAMBI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26687/ %X Dalam penelitian ini penuhs bertujuan mengkaji dua pennasalahan, pertama, cara ppengobatan penyakit yang di lakukan oleh dukun pengobatan di Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Propinsi jambi. Kedua, Bagaimana pandangan masyarakat setempat terhadap cara pengobatan yang dilakukan oleh dukun tersebut. Subjek penelitian ini ialah dukun, masyarakat awam, tokoh agama dan pasien yang ada di Kecamatan Batang Merangin. Penelitian ini, menggunakan metode penehtian kuahtatif, alat yang digunakan untuk pengumpulan data, adalah dengan cara studi pustaka, dekumentasi, observasi, wawancara terstruktur. Dengan menggunakan analisa pola pikir induktif, deduktif yakni, pola pikir berdasarkan fenomena-fenomena yang ada mulai dari yang khusus ke yang umum, dan dari yang umum ke yang khusus. Dari hasil penelitian yang penulis dapat dilapangan dapat dilihat bahwa cara pengobatan yang dilakukan oleh dukun tergantung kepada penyebab penyakitnya. Jika penyakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib, maka pengobatannya dengan cara berhubungan dengan roh atau makluk gaib Jika penyakit disebabkan oleh terganggunya sistem organ tubuh, maka pengobatannya dengan cara menggunakan jampi-jampi atau ramuan tradisional dan pemijatan. Semua cara pengobatan ini bertentangan dengan ajaran agama karena dalam proses pengobatan selalu meminta tolong kepada makhlk halus. Pandangan masyarakat terhadap paraktek pengobatan penyakit menurut dukun di Kecamatan Batang Merangin yakni; Pertama, untuk masyarakat awam, terdapat dua sikap yakni, yang setuju dengan pengobatan yang dilakukan oleh dukun dengan alasan ekonomi dan usaha untuk kesembuhan. Dan, yang tidak setuju dengan alasan bertentangan dengan nilai agama yang bisa merusak generasi muda. Kedua, tokoh ulama pandangannya menentang keberadaan dukun dalam pengobatan keculi yang tidak menggunakan mantra atau kekuatan agaib. Ketiga, pasien, sama halnya dengan masyarakat awam yakni, yang setuju karena alasan ekonomi dan merupakan usaha untuk sembuh, dan yang tidak setuju karena terpaksa oleh keluarga dan karena ingin tahu cara pengobatan yang dilakukan oleh dukun. %Z Prof. DR Burhanudin Daja, MA