%0 Thesis %9 Skripsi %A SLAMET UNTORO - NIM. 02121242, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2684 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kebudayaan, upacara kelahiran anak, brokohan, sepasaran, bancaan, selapanan %T TRADISI UPACARA KHATAMAN NEPTON STUDI TENTANG PERINGATAN HARI KELAHIRAN DI DESA TREKO KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2684/ %X ABSTRAK Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Dengan kemampuan berfikir secara metaforik atau perubahan berfikir dengan tidak meninggalkan esensinya dan usaha untuk mengadaptasikan dengan lingkungan alamnya, manusia mengembangkan serta melestarikan budayanya. Dalam bingkai kebudayaan itu manusia beraktivitas untuk menghasilkan suatu karya cipta. Dengan demikian kebudayaan dapat menunjukan derajat tingkat peradaban manusia. Sebagai ciri pribadi manusia, kebudayaan mengandung norma-norma serta tatanan nilai yang perlu dimiliki, dihayati dan diamalkan oleh manusia pendukungnya. Kebudayaan yang dimiliki manusia mempunyai tujuh unsur kebudayaan yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencahariaan, religi, serta unsur kesenian. Tidak berbeda dengan masyarakat-masyarakat lain di Indonesia masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup baik karena sejarah, tradisi, budaya, maupun agama. Di Jawa upacara kelahiran anak dilakukan dengan berbagai macam tahapan yaitu: pertama, ketika anak baru lahir dilakukan upacara syukuran atas kelahiran bayi yang sering disebut dengan brokohan. Kedua, pada hari ke lima dilakukan upacara sepasaran yaitu upacara yang dilakukan untuk mengungkap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan seorang bayi dengan membagikan bancaan (membagikan makanan kepada anak kecil). Ketiga ketika bayi berusia tiga puluh lima hari sering ada upacara yang disebut dengan selapanan. Tradisi selapanan yang dilakukan masyarakat Jawa pada umumnya, tidaklah jauh berbeda dengan tradisi Khataman Nepton yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Treko, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Hal ini dikarenakan upacara tersebut sama-sama dilaksanakan ketika bayi berusia 35 hari, dan sama-sama mempunyai tujuan sebagai ungkapan rasa syukur orang tua kepada Tuhan Yang Maha Esa karena setelah menikah dikaruniai seorang anak. Khataman Nepton berasal dari dua kata yaitu Khataman dan Nepton Nepton berasal dari bahasa Jawa yaitu naptu yang berarti angka-angka pada hari, bulan, tahun menurut perhitungan Jawa. Khataman berasal dari bahasa Arab khatam berarti telah selesai. Yang dimaksud telah selesai dalam kajian ini adalah telah selesainya dibacakan surat-surat dalam al-Qur’an yang oleh masyarakat setempat dinamai dengan surat tujuh. Jadi Khataman Nepton berarti telah selesainya dibacakan surat-surat dalam al-Qur’an pada hari, bulan, tahun kelahiran anak, menurut perhitungan angka-angka Jawa Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi, J. Powel yang dikutip oleh Baker. Menurutnya akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai tradisional (luar) dalam budaya lokal, selanjutnya tradisi budaya yang berbeda itu bertemu, yang luar mempengaruhi yang dalam untuk menuju satu keseimbangan meski terkadang menimbulkan konflik. %Z PEMBIMBING: DRA. SORAYA ADNANI, M.SI