TY - THES N1 - Dr. Hj. Adib Sofia, SS. M.Hum. ID - digilib26882 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26882/ A1 - Umi Latifah, NIM: 13540055 Y1 - 2017/05/17/ N2 - Peran dan kedudukan perempuan sering dipandang sebelah mata. Pandangan masyarakat lebih menyempit lagi ketika memandang peran muslimah bercadar. Perempuan bercadar senantiasa menjaga diri dengan menutup seluruh tubuhnya menggunakan balutan kain atau jilbab (burqah) setiap harinya. Mereka hidup di tengah pandangan yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat bahwa kedudukan dan dunia luar itu adalah milik laki-laki dan perempuan bertugas mengurus anak, rumah, dan kebutuhan keluarga. Sebenarnya, perempuan bercadar juga banyak berperan aktif tidak hanya di dalam rumah melainkan juga di luar rumah. Peran aktif dan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan oleh salah satu komunitas bercadar, yaitu komunitas di Wisma Hilyah. Penelitian ini guna menjawab masalah mengenai peran perempuan bercadar, proses dan hasil pemberdayaan, dan faktor pendorong dan penghambat pemberdayaan. Permasalahan ini diteliti dengan jenis penelitian kualitatif, sumber data yang diambil melalui data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dengan cara wawancara,observasi, dan dokumentasi. Bentuk analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik dan menggunakan pendekatan sosiologis. Permasalahan ini di teliti menggunakan teori peran dan teori pemberdayaan. Dalam teori pemberdayaan dibagi menjadi teori proses dan teori hasil. Menurut zimmerman teori proses dibagi menjadi level individu dan level komunitas. Dari hasil penelitian di Wisma Hilyah ditemukan beberapa hal. Diantaranya peran perempuan dan laki-laki berbeda dalam interaksi sosial. Peran perempuan berada di rumah dan laki-laki berada di ruang publik, perilaku yang muncul akibat pandangan tersebut adalah perempuan bercadar lebih tertutup, dalam pandangan mereka kedudukan laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Untuk pemberdayaan di Wisma Hilyah ditemukan proses dan hasil pemberdayaanpertama, proses menemukan rasa percaya diri terhadap identitas perempuan bercadar. Kedua, proses pemberdayaan di Wisma Hilyah memotivasi perempuan bercadar dalam melakukan kegiatan, seperti pelatihan pembuatan artikel, ketiga, proses memberikan pendidikan keagamaan yaitu tahsin, kampus tahfid, bahasa Arab, dan berbagai kajian keislaman.Hasil pemberdayaan perempuan bercadar lebih berdaya dalam memilih pilihan hidupnya agar lebih baik. Temuan lain ialah faktor pendorong internal untuk melakukan pemberdayaan, di antaranya (a) semangat dalam diri perempuan bercadar, (b) ideologi perempuan bercadar tentang perempuan, dan (c) dorongan orang tua. Sementara itu, faktor pendorong eksternal yaitu (a) fasilitas yang disediakan Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari, (b) tempat tinggal yang nyaman dan dekat dengan kampus, dan (c) teman yang saling mendorong dan satu ideologi. Faktor penghambat internal dalam proses pemberdayaan di antaranya (a) ideologi perempuan bercadar tentang perempuan bertugas di ranah domestik dan tidak dengan mudah untuk keluar rumah, (b) pendapatan orang tua, dan (c) sulitnya membagi waktu kegiatan dan perkuliahan. Selanjutnya Faktor penghambat eksternal dalam melakukan pemberdayaan di antaranya (a) ideologi negatif masyarakat terhadap perempuan bercadar, (b) kurangnya pemberdayaan atau pendidikan perempuan untuk mengembangkan potensi pendapatan ekonomi, politik dan pengontrolan struktur dalam kegiatan, dan (c) biaya kegiatan, pendidikan dan biaya hidup semakin tinggi. PB - UIN Sunan Kalijaga KW - perempuan KW - pemberdayaan M1 - skripsi TI - PEREMPUAN BERCADAR DALAM GERAKAN PEMBERDAYAAN (Studi Kasus Komunitas Perempuan di Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari di Pogung Dalangan, Sinduadi, Sleman, Yogyakarta) AV - restricted EP - 184 ER -