%0 Thesis %9 Skripsi %A SITTI ROHMANIYAH, NIM. 13510019 %B FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2017 %F digilib:27099 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Filsafat, Kebudayaan, Tari Muang Sangkal %T MAKNA FILOSOFIS TARI MUANG SANGKAL DALAM RITUAL KERATON SUMENEP %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27099/ %X Tari Muang Sangkal merupakan tari yang ada di kabupaten Sumenep yang terbentuk karena adanya tradisi ritual penaburan beras kuning, pada saat ada tamu agung berkunjung ke Keraton Sumenep. Tradisi menabur beras kuning dimaksudkan agar manusia terhindar dari malapetaka dan marabahaya. Pada tahun 1972 diciptakan menjadi sebuah gerak tari oleh Taufiqurahman dan diresmikan pada tahun 1975 sebagai ikon tari dari kabupaten Sumenep, dan sering dipentaskan dalam acara Keraton dan acara-acara sakral di masyarakat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif (field research). Teknik penarikan informan menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Semua data dilihat validitas datanya dan dianalisis melalui teknik triangulasi yang sering digunakan dalam penelitian lapangan. Teknik triangulasi adalah metode yang membandingkan data-data hasil observasi, wawancara, dan juga dokumen-dokumen yang telah diperoleh dalam penelitian mengenai makna filosofis tari Muang Sangkal dalam ritual Keraton Sumenep. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui latar belakang ritual tari Muang Sangkal serta adanya makna filosofis yang terdapat di dalamnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Muang Sangkal mengandung makna luhur dalam bermasyarakat dan beragama. Tari Muang Sangkal secara tersirat ingin mengajarkan budi pekerti yang harus dilakukan oleh manusia, baik hubungan secara horizontal terhadap sesama manusia atau hubungan vertikal antara manusia dengan Penciptanya. Dalam melakukan hubungan baik horizontal ataupun vertikal, manusia harus menjunjung tinggi nilai kesopanan, tidak sombong , berkharisma, dan mampu bersikap lembut layaknya kelembutan Putri Keraton. Perilaku ini harus dilakukan manusia, khususnya masyarakat Sumenep agar mereka terhindar dari malapetaka. %Z Dr. Mutiullah, S. Fil., M.Hum