@phdthesis{digilib27104, month = {May}, title = {PEMBACAAN 100.000 KALI SURAT AL-IKHLAS DALAM RITUAL KEMATIAN DI JAWA (RW 03, KELURAHAN PULUTAN, SIDOREJO, SALATIGA, JAWA TENGAH)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 13530046 WIDYAWATI}, year = {2017}, note = {Prof. Suryadi, M.A.}, keywords = {Makna Obyektif, Makna Ekspresif, dan Makna Dokumenter}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27104/}, abstract = {Penelitian ini membahas tentang tradisi pembacaan 100.000 kali surat al- Ikhlas dalam ritual kematian yang dilahirkan dari praktik-praktik yang menunjukkan resepsi sosial masyarakat terhadap al-Qur?an yang dilakukan oleh masyarakat RW 03, Kelurahan Pulutan, Salatiga. Kegiatan ini dilakukan selama tiga hari setelah kematian. Fokus pembahasan dari penelitian skripsi ini adalah terkait dengan Bagaimana tradisi pembacaan 100.000 kali surat al-Ikhlas dalam ritual kematian di RW 03, Kelurahan Pulutan Salatiga?, dan Apa makna praktik pembacaan 100.000 kali surat al-Ikhlas dalam ritual kematian di RW 03? Penelitian ini termasuk kategori penelitian lapangan (field research), dan metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kulitatif dengan pendekatan etnografi. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga metode, yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Mengenai analisis data yang digunakan dalam skripsi ini, penulis memilih bentuk analisis deskriptif-eksplanasi. Untuk mengungkap pemaknaan terhadap pembacaan 100.000 kali surat al-Ikhlas, dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim yang terdiri atas tiga pemaknaan, yakni Makna Obyektif, Makna Ekspresif, dan Makna Dokumenter. Hasil penelitian dalam tulisan ini menunjukkan bahwa pertama, praktik pembacaan 100.000 kali surat al-Ikhlas dilaksanakan ketika ada salah seorang warga RW 03 Kelurahan Pulutan meninggal, yakni dilaksanakan ketika jenazah belum dimakamkan dan dilanjutkan pada waktu malam harinya dan berlangsung selama tiga hari. Sebelum pembacaan surat al-Ikhlas dimulai, diawali dengan bacaan surat al-fatihah sebagai hadarah atau bacaan tawasul kepada ahli kubur dengan dipimpin oleh seorang imam. Kedua, pembacaan 100.000 kali surat al- Ikhlas ini dilakukan dengan membaca 10 kali bacaan surat al-Ikhlas untuk 1 buah biji tasbih yang diambil dari mangkok bertuliskan kosong kemudian diletakkan pada mangkok bertuliskan isi. Selain pembacaan surat al-Ikhlas, pada hari pertama kematian yakni setelah maghrib juga dilakukan khataman al-Qur?an yang kemudian dilanjut dengan tahlil. Adapun terkait dengan pemaknaan pembacaan 100.000 kali surat al-Ikhlas di RW 03 Kelurahan Pulutan, Salatiga, jika dilihat dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim akan ditemukan tiga pemaknaan. Pertama, melalui makna Obyektif menunjukkan bahwa praktik tersebut merupakan suatu tradisi yang harus dijaga oleh masyarakat. Kedua, makna Ekspresif masyarakat telah mengetahui akan adanya fadhilah dari surat al-Ikhlas. Ketiga, makna Dokumenter sebagai suatu kebudayaan yang menyeluruh.} }