%0 Thesis %9 Skripsi %A NUZULA ILHAMI, NIM. 13530057 %B FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2017 %F digilib:27106 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K AL-‘IRFĀN FĪ MA’RIFAH %T EPISTEMOLOGI TAFSIR RAUDAH AL-‘IRFĀN FĪ MA’RIFAH AL-QUR’ĀN KARYA K.H AHMAD SANUSI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27106/ %X Upaya dalam melakukan penafsiran terhadap al-Qur‟an diperlukan adanya epistemologi yang sesuai dengan perkembangan zaman yang mencakup kondisi sosial- budaya dan ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif (menilai teori pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar), normatif (menentukan tolok ukur kenalaran atas kebenaran pengetahuan), dan kritis (menguji kenalaran cara maupun hasil pengetahuan yang diperoleh). Maka kerangka epistimologi dapat digunakan untuk memahamai produk penafsiran. Penelitian ini mengakaji salah satu produk tafsir lokal, yakni tafsir Rauḍah Al-„Irfān Fī Ma‟rifah Al-Qur‟ān karya K.H Ahmad Sanusi, seorang kyai yang berasal dari Sukabumi Jawa Barat. Kitab ini terdiri dari dua jilid, setiap jilidnya terdiri dari 15 juz. Adapun yang menjadi pokok dalam penelitian ini yaitu memaparkan sumber dan metode yang digunakan K.H Ahmad Sanusi dalam melakukan penafsiran, serta memaparkan validitas produk penafsiran dari K.H Ahmad Sanusi tersebut mengunakan kerangka teori epistemologi tafsir yang meliputi aspek koherensi, korespondensi dan pragamatis. Hasil dari penelitian menunjukan: Pertama, Sumber yang mendominasi penafsiran kitab ini ialah akal (ra‟yun) yang berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar Agama dan pada kaidah-kaidah tafsir. Sehingga model penafsiran bercorak tafsir bi al-ra‟y. Kedua, Metode yang digunakan dalam kitab ini adalah metode ijmāli yaitu mengemukakan isi kandungan ayat-ayat al-Qur‟an secara global dan becorak tafsir adabi ijtimā‟i yaitu tafsir yang menitik beratkan penjelasan ayat-ayat al-Qur‟an pada aspek-aspek sosial kemasyarakatan. Ketiga, Validitas Penafsiran. Terdapat tiga teori kebenaran. 1)Teori koherensi. K.H. Ahmad Sanusi telah mengaplikasikan teori ini dalam penafsirannya karena tergolong konsisten dengan metode yang digunakan dan konsisten dalam pemilihan struktur bahasa. 2) Teori korespondensi. Ditinjau mengunakan teori ini dapat disimpulkan bahwa beliau kurang mengaplikasikannya, dikarenakan tidak memberikan uraian yang sesuai dengan realitas empiris dalam penafsirannya. 3) Teori pragmatis. Ditinjau dari tujuan penulisan, metode kitab tafsir dan banyaknya karya yang telah beliau tulis, maka dapat disimpulkan bahwa beliau memiliki semangat pragmatis yang tinggi. %Z Dadi Nurhaedi, M.Si