relation: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27448/ title: EKSISTENSI IDEOLOGI DALAM PENGGUNAAN SUNAH SEBAGAI ACUAN DALAM MENAFSIRKAN AL-QUR’AN STUDI KRITIS ATAS TAFSĪR AL-JALĀLAIN creator: MISKI, NIM. 1520510026 subject: Aqidah Filsafat description: Penelitian ini dimaksudkan untuk menelisik eksistensi ideologi yang terdapat dalam Tafsīr al-Jalālain karya al-Maḥallī dan as-Suyūṭī, khususnya „di balik‟ sunah yang dijadikan acuan penafsiran. Namun karena pertimbangan aspek kontroversial dan relevansinya dalam kehidupan modern-kontemporer, kajian ini difokuskan pada sunah yang dijadikan acuan penafsiran dalam kasus hukuman bagi pelaku pencurian (QS. al- Mā‟idah [5]: 38-39) dan perzinaan (QS. an-Nūr [24]: 2), dengan rumusan masalah: bagaimana eksistensi dan konstruksi ideologi yang direpresentasikan melalui sunah yang menjadi acuan dalam penafsiran, baik dilihat dari struktur teks yang digunakan, kognisi sosial dan realitas sosialnya penulisnya? Penelitian ini merupakan studi kepustakaan murni, dengan data primer Tafsīr al- Jalālain, menggunakan pendekatan kognisi sosial, dengan teknik pengumpulan data jenis dokumentasi dan dengan analisa data linguistik, historis dan interteks dan dengan kerangka teori kognisi sosial ala Tuen van Dijk yaitu kerangka yang menitikberatkan pada tiga aspek sekaligus: (1) teks, yakni bagaimana struktur teks dan strategi yang dipakai untuk menegaskan tema tertentu; (2) kognisi sosial, yakni bagaimana kepercayaan, penafsiran, prasangka dan pandangan individu terkait suatu hal yang merupakan hasil konstruksi atau pengaruh sosial; (3) konteks atau sosial, yakni bangunan ideologi yang berkembang dalam masyarakat terkait masalah tertentu. Eksistensi ideologi dalam sunah yang dijadikan acuan penafsiran terhadap QS. al- Mā‟idah [5]: 38-39 dalam Tafsīr al-Jalālain dalam struktur teks yang digunakan as- Suyūṭī terlihat dari caranya mendetailkan bagian tentang nominal barang yang bisa melahirkan hukuman potong tangan yaitu seperempat dinar; ketentuan hukuman atas pencurian yang dilakukan secara berulang bahwa untuk pencurian yang kelima kalinya harus ditakzir dan paparan mengenai ketentuan lain jika kasus tersebut sudah dilimpahkan pada pihak yang berwenang bahwa potong tangan harus tetap dilaksanakan meski pun pihak korban sudah mengikhlaskan. Sedangkan terkait struktur teks sunah dalam penafsiran terhadap QS. an-Nūr [2]: 2, terlihat dari paparan al-Maḥallī dalam mendetailkan bagian ketentuan tentang hukum rajam atas pelaku zina yang sudah pernah menikah; serta hukum dera seratus kali dan pengasingan selama satu tahun apabila pelakunya belum pernah menikah. Secara kognitif, keduanya menerima sunah sebagai acuan penafsiran al-Qur‟an; as-Suyūṭī dalam membahas beberapa persoalan di atas merujuk pada riwayat al-Bukhārī, Muslim, ad-Dār Quṭnī, al-Baihaqī, Ibn Mājah, an-Nasā‟ī dan lain-lain. Sedangkan al-Maḥallī merujuk pada riwayat al-Bukhārī, Muslim dan lain-lain. Dalam konteks sosial, beberapa persoalan di atas berada dalam perdebatan panjang para ahli khususnya para ulama mazhab: mazhab Hanafi, mashab Maliki, mazhab Syafii dan mazhab Hambali; mazhab tertentu memilih sunah tertentu dengan pemahaman tertentu pula. Secara keseluruhan, paparan as-Suyūṭī dan al-Maḥallī tersebut sesuai dengan ideologi mazhab yang dianutnya, mazhab Syafii. date: 2017-04-13 type: Thesis type: NonPeerReviewed format: text language: id identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27448/1/1520510026_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf format: text language: id identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27448/2/1520510026_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf identifier: MISKI, NIM. 1520510026 (2017) EKSISTENSI IDEOLOGI DALAM PENGGUNAAN SUNAH SEBAGAI ACUAN DALAM MENAFSIRKAN AL-QUR’AN STUDI KRITIS ATAS TAFSĪR AL-JALĀLAIN. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.