%A NUR KHOMARIYAH - NIM. 04121956 %O PEMBIMBING: DR. IMAM MUHSIN, M.AG %T TRADISI REBO PUNGKASAN, DI DESA WONOKROMO, KECAMATAN PLERET, KABUPATEN BANTUL %X Di sebelah Selatan kota Yogyakarta, terdapat desa yang bernama Wonokromo. Asal kata Wonokromo berasal dari kata Wono yang artinya hutan, sedangkan kata Kromo berarti kawin. Menurut cerita masyarakat setempat bahwa asal mula desa Wonokromo, ketika Kiai Fakih menjadi pathok negoro, dia diberi tanah perdikan di Selatan desa Ketonggo yang masih berupa hutan. Hutan tersebut terkenal dengan hutan Alas Awar-awar. Setelah hutan itu dibuka dibangunlah sebuah masjid, yang kemudian atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono I masjid itu diberi nama Anna Karoma yang berarti benar-banar mulya. Dari nama inilah kemudian berubah dan lebih dikenal dengan nama Wonokromo. Upacara Rebo Pungkasan adalah upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat di desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten bantul. Upacara ini dikatakan sebagai Rebo Pungkasan, karena dilaksanakan pada hari terakhir pada bulan Sapar. Kata Sapar berasal dari bahasa Arab yaitu Safar, yang merupakan bulan kedua dalam tahun Islam. Sesuai dengan lidah Jawa kemudian berubah menjadi Sapar. Rebo Pungkasan sudah ada sejak tahun 1784. pelaksanaan upacara tersebut bertujuan sebagai ungkapan rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan untuk mengenang jasa Mbah Kiai Welit atau Kiai Fakih Usman, berkat jasanya wilayah Wonokromo telah terhindar dari wabah penyakit. Dia dianggap orang yang mempunyai kelebihan ilmu dalam bidang agama dan bidang ketabiban. Kiai Welit bisa menyembuhkan penyakit dengan cara disuwuk yaitu dibacakan ayat-ayat suci Al-quran pada segelas air kemudian diberikan pada pasiennya. etenaran dia didengar oleh Sultan Hamengku Buwono I, kemudian Kiai welit dipanggil agar memprakekkan ilmunya. Setelah Kiai Welit meninggal dunia masyarakat beranggapan bahwa mandi dipertemuan Sungai Opak dan Sungai Gajag Wong mendapatkan berkah. Dahulu ditempuran ini setiap Rebo Pungkasan dibulan Sapar yaitu pada malam selasa dipakai tempat penyeberangan orang-orang yang akan menuju ke Gunung Permoni yang terletak di Desa Karangwuni Tri Mulyo. Pada saat menyeberang mereka melontarkan kata-kata kotor. Pada tahun 1990 Tradisi Rebo Pungkasan sudah terkoordinir oleh panitia. Sebelum prosesi upacara dimulai, diawali dengan pembacaan doa. Puncak acaranya adalah kirab lemper raksasa yang diarak dari Masjid Wonokromo menuju balai desa, dengan di ikuti oleh pasukan berkuda, prajurit Kraton Yogyakarta. Selanjutnya dibelakangnya di ikuti beberapa kelompok kesenian seperti sholawatan, kubrosiswo, dan rodat. Setelah sampai di balai desa lemper tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada para pengunjung. Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Radcliffe-Brown. Dalam teori ini menyatakan bahwa budaya bukanlah sebagai pemuas kebutuhan individu melainkan untuk kebutuha kelompok. Untuk mempermudah dalam pencarian data, peneliti menggunakan metode fiel research (penelitian lapangan) dan interview (wawancara), sedangkan library research sebagai metode pendukung. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi, perubahan dan perkembangan dalam pelaksaan Tradisi Rebo Pungkasan. %K Upacara Rebo Pungkasan, bulan Sapar, Wonokromo Kec. Pleret, Bantul %D 2009 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %L digilib2824