@mastersthesis{digilib28441, month = {August}, title = {EPISTEMOLOGI TAFSIR SAHL AT-TUSTARI (STUDI ATAS Q.S. AL-FAJR)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 1420511022 AHMAD SAEROZI}, year = {2017}, note = {Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag,}, keywords = {Epistemologi, Sufi, Isyari, at-Tustari, al-Fajr.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28441/}, abstract = {Penelitian ini dilatarbelakangi oleh diskursus mengenai tafsir sufi. Sebagian kelompok yang mengaku salaf menolak mentah-mentah tafsir dengan corak ini. Sedangkan jumhur ulama menerimanya dengan persyaratan yang sangat ketat, tidak terkecuali terhadap kitab tafsir at-Tustari. Belakang tersebut mendorong penulis untuk meneliti, menemukan, dan menganalisis Epistemologi Tafsir Sahl at-Tustari Studi Atas Q.S. al-Fajr. Surat ini dipilih karena tafsirannya yang berkaitan dengan sumpah tidak ditemukan dalam kitab tafsir lainnya manapun. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)mengetahui makna eksoterik dan essoterik dari Q.S. al-Fajr. 2) mengetahui sumber dan metode penafsiran at- Tustari. 3) mengetahui tolok ukur kebenaran tafsir at-Tustari. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Data diperoleh dengan mengkaji tafsir Sahl at-Tustari dan kitab tafsir lain yang coraknya sama-sama sufi. Di samping itu juga dari kitab-kitab yang membahas tentangnya, seperti at-Tafsir wa al-Mufassirun dan lainnya. Data disesuaikan dengan tema tafsir sufi dalam QS. Al-Fajr Tafsir at-Tustari, selanjutnya dianalisis dengan model tolok ukur kebenarannya az-Zahabi dan Ibnu Qayyim. Hasil penelitian, 1) Di samping mengungkap makna eksoterik terhadap Q.S. al-Fajr, at-Tustari juga mengungkapkan makna essoterik. Di antaranya yaitu menafsirkan kata al-fajr dengan Nabi Muhammad, layal ?asyr dengan sahabat yang dijamin masuk surge, syaf? dengan amalan wajib dan sunnah serta watr dengan ikhlas karena Allah. 2) Metode penafsiran at-Tustari yaitu dengan isyarat yang diperoleh dari proses mukasyafah, meskipun juga sering mengutip hadis dan perkataan tabi?in serta analisis dari aspek bahasa. 3) Validitas kebenaran tafsirnya bersifat koherensi, artinya tidak bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Di samping itu, penafsiran sufi at-Tustari termasuk kategori yang maduh karena memenuhi criteria sebagaimana yang disyaratkan oleh az-Zahabi. Mukasyafah yang dilaluinya juga bisa dibuktikan dengan teori qiyas ?irfani/i?tibar sebagaimana yang dikatakan oleh Abid al-Jabiri.} }