TY - THES N1 - Drs. Abdul Basir Solissa, M.Ag ID - digilib29200 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29200/ A1 - LINGGA YUWANA, NIM. 13510047 Y1 - 2017/09/11/ N2 - Tradisi Ngasa merupakan salah satu tradisi yang berada di desa Gandoang, kecamatan Salem, kabupaten Brebes, yang belum pernah diteliti. Keberadaannya mempengaruhi pemahaman keagamaan yang sangat mendalam bagi masyarakat desa Gandoang, meskipun sangat minim informasi yang dimiliki masyarakat tentang tradisi Ngasa. Minimnya informasi terhadap tradisi Ngasa, menyebabkan munculnya kesalahpahaman masyarakat dalam memahami dan menjalankan tardisi Ngasa, bahkan pada tahun 1996 menyebabkan chaos. Hal tersebut terjadi, tentunya disebabkan adanya nilai dalam tradisi Ngasa yang mempengaruhi pola berpikir dan berprilaku masyarakat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif (field research). Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi. Semua data dilihat validitasnya dan dianalisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Teori semiotika Roland Barthes merupakan teori pembacaan makna hingga tingkat paling dalam, yang dimulai dengan pembacaan tanda (sign), kemudian pembacaan secara denotatif dan konotatif. Makna sebenarnya, hingga makna terdalam di mana aspek sosial dan budaya sudah masuk kedalamnya. Makna terdalam ini merupakan nilai yang kemudian dipercaya dan diamalkan oleh masyarakat sehingga membentuk sebuah ideologi. Ideologi inilah yang kemudian berkembang menjadi sebuah mitos. Tradisi Ngasa merupakan sebuah tradisi yang terbentuk karena adanya ritual pemujaan terhadap arca-arca Hindu yang berada di lokasi tersebut. Ritual ini dilaksanakan berdasarkan kalender Jawa, bulan kesembilan dalam pranata mangsa, yang bertepatan dengan bulan Maret pada kalender Masehi. Bulan ini juga sering disebut sebagai mangsa Kasanga oleh masyarakat setempat. Dari kata kasanga inilah kata Ngasa terbentuk, yaitu dari bentuk awal ngasanga yang merupakan proses ritual dalam bulan Kasanga, yang kemudian diambil menjadi Ngasa. Selain sebagai bentuk pemujaan, ritual ini juga dimaksudkan sebagai bentuk syukur masyarakat kepada Tuhan dan leluhur mereka, atas limpahan rezeki yang mereka dapatkan. Oleh sebab itu, ritual ini sering disebut juga sebagai sedekah gunung. Ritual ini menjadi sebuah tradisi dan terekspose ke dunia luar atas jasa Bupati Brebes kesembilan Raden Arya Tjandra Negara yang berkunjung pada tahun 1882. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, tradisi Ngasa memiliki nilai luhur yang ingin mengajarkan tentang apa itu kehidupan, tentang bagaimana bersyukur atas semua nikmat yang diperoleh. Melalui Ngasa, diajarkan bagaimana pentingnya pengolahan batin, mempertajam segala aspek dalam diri, vii sekaligus menjaga kesucian dalam setiap perbuatan yang dilakukan. Sebagai bekal dalam ?mencicipi? pahit dan manisnya dunia ini, sebab semua berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadanya. Hal tersebut terdapat dalam semua aspek tradisi Ngasa, dari mulai bersih-bersih sebulan sebelum tradisi Ngasa dimulai, perjalanan menuju lokasi Ngasa, proses bersuci pada pancuran lima dan perosesi inti tradisi Ngasa yang berlokasi di gedong dan melibatkan teleng sebagai inti dari Ngasa dan Ngukus. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - Konsepketabuan dan Agama KW - Hasyim Asy'ri M1 - skripsi TI - HASYIM ASY? ARI, NIM. 13510015 (2017) RELASI ANTARA KONSEP KETABUAN DAN AGAMA AV - restricted EP - 135 ER -