@phdthesis{digilib2922, month = {July}, title = {PANDANGAN KYAI PONDOK PESANTREN RAUDLATUR ROHMANIYAH TERHADAP MASYARAKAT GEREJA KRISTEN JAWI WETAN DI KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR}, school = {UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, author = { HAFIZH IDRI PURBAJATI NIM. 0452 1744}, year = {2009}, note = {Cth. Pembimbing : Masroer S.Ag, M.Si}, keywords = {pandangan kyai terhadap masyarakat gereja}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2922/}, abstract = {Kiai sebagai pemimpin dan pengasuh pondok pesantren adalah elit umat Islam yang perilakunya menjadi teladan bagi masyarakat. Pada umumnya perilaku seseorang dibentuk dari pandangannya terhadap suatu hal. Kiai sebagian besar tinggal dan menempuh pendidikan di lingkungan yang 'eksklusif' dalam artian mereka selalu menempuh pendidikan pada jalur pendidikan agama Islam dan sedikit sekali menempuh pendidikan pada lembaga umum seperti Sekolah dasar maupun sekolah menengah, sehingga bisa dipastikan pandangan Kiai yang eksklusif ketika melihat perbedaan terutama perbedaan agama, padahal interaksi adalah hal mutlak yang mesti dijalani semua manusia, baik itu Kiai atau bukan Kiai. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan sosiologi. Data yang diperoleh dianalisis untuk dapat mengungkap pandangan Kiai terhadap masyarakat Gereja Kristen Jawi Wetan, apa yang menjadi dasar pandangannya tersebut dan mengetahui lebih dalam bagaimana pluralitas Kiai itu sendiri. Setelah hal ini bisa diketahui maka langkah selanjutnya adalah mendeteksi dengan melakukan observasi adakah implikasi pandangannya tersebut terhadap interaksi sosialnya dengan masyarakat Gereja Kristen Jawi Wetan. Pandangan Kiai Khidir Fauzi dalam penelitian ini cenderung inklusif namun masih ada sedikit pembatas dalam inklusifnya. Di satu sisi beliau mau menerima ceramah dan bergaul dengan masyarakat Gereja Kristen Jawi Wetan, akan tetapi di sisi lain beliau menolak untuk memakan makanan yang dihidangkan oleh masyarakat Gereja Kristen Jawi Wetan tersebut. Dalam pandangan beliau ketika bersinggungan dengan umat agama lain wajib berlaku inklusif dengan berhubungan tetangga atau basyariyah yang baik sebagaimana pernah dicontohkan Nabi Muhammad, apalagi umat agama lain itu adalah umat Kristen yang sama-sama berakar dari Nabi Ibrahim, sama-sama punya kitab (ahli kitab), nabi, dsb. Akan tetapi dalam keyakinan utamanya ibadah kita wajib eksklusif, sebab ibadah adalah urusan manusia dengan tuhannya yang tidak boleh dicampuradukkan. Maka bisa disimpulkan pandangannya Kiai yang demikian termasuk pandangan inklusif yang berbasis teologi sosial. Artinya pandangan Kiai disandarkan pada ayat-ayat Qur'an tentang perintah bersosial sebagai bagian sifat kemanusiaan itu sendiri. Implikasi pandangan Kiai yang inklusif terhadap masyarakat Gereja Kristen Jawi Wetan adalah tercipta hubungan kemasyarakatan yang baik antara Kiai dan masyarakat Gereja Kristen Jawi Wetan, sehingga dampak positifnya ialah terbentuknya interaksi bertetangga yang harmonis, persahabatan antara Kiai dan Pendeta serta masyarakat yang erat. Disamping itu hampir selama sepuluh tahun terakhir tidak ada konflik yang melibatkan kedua pemeluk agama tersebut. } }