<> "The repository administrator has not yet configured an RDF license."^^ . <> . . . "PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP"^^ . "Bumi berputar, tahun berganti, dan kehidupan manusia\r\nterus bergerak dengan mengatasnamakan kemajuan zaman.\r\nBerbagai cara dan upaya terus dilakukan untuk menggiring\r\nkehidupan agar lebih efektif dan efisien dalam menghadapi\r\nperubahan sosial. Di satu sini, manusia di berbagai penjuru\r\nbelahan bumi dapat menikmati bermacam-macam hasil kemajuan\r\nperadaban ditandai dengan melimpahnya sumber daya\r\nyang menunjang kehidupan. Tetapi ironisnya di sisi lain\r\nkemajuan juga berdampak pada suatu kemunduran. Faktanya\r\nadalah berjuta manusia terdegradasi dari kehidupan normal\r\ndan layak. Berbagai masalah muncul mulai dari konflik sosial\r\nyang berkepanjangan, perang antar etnis dan bangsa, perilaku\r\npolitik koruptif, monopoli sumber ekonomi, dan patologi\r\nkehidupan lainnya yang pada akhirnya bermuara pada kemiskinan,\r\nketimpangan, dan keterbelakangan.\r\nDi tengah kompleksitas masalah tersebut, banyak individu\r\natau organisasi baik yang bersifat publik, swasta, ataupun\r\nkomunitas berusaha mencari solusi melalui suatu aksi. Berbagai\r\npendekatan dicoba dari sisi sosial, sains, hingga melibatkan\r\nagama. Salah satu pendekatan yang menarik untuk dicermati\r\nadalah menyelesaikan permasalahan kehidupan melalui jalur\r\ndakwah. Dalam hal ini ada usaha untuk menghadirkan nilainilai\r\nIslam yang lebih aplikatif, kontributif, dan kontekstual.\r\nKeluar dari ‘kebiasaan’ atau ‘pola pikir’ lama yang menganggap\r\ndakwah sebagai doktrin semata, berkoar-koar di mimbar mas-jid\r\nmelalui pengeras suara, serta mengajak umat untuk berbuat baik\r\ntanpa memahami konteks permasalahan yang tengah dihadapi.\r\nTujuan akhirnya selalu diarahkan untuk sejahtera baik di dunia\r\ndan mendapatkan kebaikan di akhirat, namun tidak disertai\r\ndengan cara strategis untuk mencapainya. Pada-hal dakwah yang\r\nmodern semestinya harus bridging diversity dan enriching humanity,\r\nmampu menjembatani keragaman dan memperkaya nilai-nilai\r\nkemanusiaan. Bukan hanya sebatas kajian yang bersifat doktrinal,\r\ntapi juga mengajak umat bertransformasi secara sosial.\r\nBagi pemeluknya, Islam diyakini sebagai ajaran yang\r\nsempurna untuk alam semesta (rahmatan lil ‘alamin), yang\r\nbersumber dari Allah SWT melalui al-Qur’an dan Hadist\r\nRasulullah SAW. Di dalamnya berisi petunjuk lengkap untuk\r\nmenyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. Namun\r\nperlu ditekankan bahwa petunjuk tersebut hanya menjadi\r\nkertas biasa apabila umat Islam tidak mampu menerjemahkan\r\nisi kandungannya menjadi panduan operasional dan fungsional.\r\nUntuk itu dakwah harus diarahkan sebagai piranti\r\nyang menjembatani antara teks dengan konteks, antara firman\r\nTuhan dengan permasalahan sosial.\r\nKata dakwah dalam al-Qur’an memiliki banyak\r\npemaknaan, yakni sebagai penamaan (QS. al-Isrâ: 110), ibadah\r\n(QS. Maryam: 48), penisbatan (QS. Maryam: 91), permintaaan\r\nbantuan dan pertolongan (QS. al-Baqarah: 23), dan panggilan\r\natau seruan (QS. al-Muk’min: 41). Walau demikian, tampaknya\r\nmakna ‘mengajak, memanggil, atau menyeru’ adalah yang\r\npaling banyak ditemukan dalam buku-buku bertema dakwah.\r\nDisebabkan oleh definisi yang tidak eksplisit, dakwah kemudian\r\ndimaknai secara beragam oleh praktisi dan akademisi.\r\nDari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah secara\r\nistilah merujuk pada pemaknaan aktifitas keagamaan dan\r\nsebagai aktifitas sosial. Bagi umat muslim, dakwah menjadi\r\nsarana untuk peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada\r\nAllah SWT. Sedangkan bagi manusia secara keseluruhan, dakwah\r\nmenjadi sarana menyelesaikan permasalahan menuju\r\nkesejahteraan sosial. Menarik kemudian untuk mengajukan\r\npertanyaan apakah dakwah Islam telah menjawab ‘cita-cita’\r\nsebagaimana yang dimaknai di atas Mungkin lebih realistis\r\nlagi ketika bertanya sejauh mana kontribusi dakwah bagi\r\nkehidupan umat?\r\nPertanyaan ini menuntut jawaban yang komprehensif.\r\nIdealnya, sebuah jawaban yang komprehensif tersusun atas\r\nmozaik atau puzzle-puzzle teks dan konteks itu sendiri.\r\nBuku yang tengah berada dalam genggaman pembaca ini\r\nmerupakan teks yang berusaha menjawab pertanyaan di atas\r\ndari perspektif keilmuan. Ternyata, walau telah berumur\r\nsetengah abad – diketahui jurusan dakwah pertama kali\r\ndibuka oleh IAIN Ar-Raniry Banda Aceh pada tahun 1968\r\n- fokus dan lokus keilmuan dakwah masih tampak ‘kabur’.\r\nHal ini disebabkan oleh gugatan eksistensi dakwah sebagai sebuah disiplin keilmuan dari kalangan akademisi sosial. Ilmu\r\ndakwah dianggap tidak mampu berdiri sendiri sehingga selalu\r\nmembutuhkan ilmu lain sebagai payung misalnya psikologi,\r\nkomunikasi, sosiologi, dan manajemen. Buku ini berada pada\r\nposisi yang jelas, yakni menegaskan dakwah sebagai sebuah\r\ndisiplin ilmu. Untuk mendukung argumen utama tersebut\r\nsekaligus yang menjadi isi dalam buku ini penulis menyajikan\r\ntujuh bab yang bersisi muatan sejarah, perspektif, dan ruang\r\nlingkup ilmu dakwah.\r\nDalam runtutan sejarah, buku ini berusaha menelusuri\r\nsejarah dakwah dari sisi praktis dan akademis. Dari sisi\r\npraktis menyajikan dakwah di masa Rasulullah SAW, para\r\nsahabat, masa-masa kejayaan, masa kemunduruan, hingga\r\nIslam bangkit kembali (modernisasi Islam). Sedangkan\r\nsecara akademis, penulis berhasil merunut perkembangan\r\nilmu dakwah mulai dari dakwah sebagai jurusan tunggal\r\nyang berada di bawah Fakultas Ushuluddin, pengembangan\r\nkurikulum, hingga penjurusan dakwah meliputi Bimbingan\r\ndan Konseling Islam (BKI), Komunikasi dan Penyiaran Islam\r\n(KPI), Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Manajemen\r\nDakwah (MD), dan juga Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS)\r\nyang berbasis pada nilai Islam.\r\nKemudian, penulis juga berusaha menjawab keraguan\r\nberbagai pihak dengan melihat dakwah sebagai disiplin ilmu\r\ndari perspektif filsafat. Untuk itu pengkajian epistimologi,\r\nontologi, dan aksiologi terhadap ilmu dakwah pun dilakukan.\r\nHasil dari penelusuran ini akan menjadi pintu masuk untuk\r\nmenemukan identitas ilmu dakwah. Dakwah layak disebut\r\nsebagai sebuah disiplin ilmu apabila memiliki obyek dan kajian yang jelas, ada prosedur dan metode ilmiah, struktur\r\nkonsep atau sistematika konsep, memiliki kecenderungan\r\nuntuk berkembang, dan memiliki nilai manfaat bagi kemajuan\r\nilmu pengetahuan. Untuk mencapai syarat dakwah sebagai\r\ndisiplin keilmuan, penulis dengan cermat mengangkat topik\r\nmetodologi ilmu dakwah. Hal ini perlu untuk menguji validitas\r\nkeilmuan dan menemukan fondasi ilmiah tentang konstruksi\r\nilmu dakwah."^^ . "2017-11-02" . . . "Samudra Biru"^^ . . "Samudra Biru"^^ . . . . . . . . . "PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP (Text)"^^ . . . . . "M. Rosyid Ridla, Afif Rifai, Suisyanto - Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif, dan Ruang Lingkup.pdf"^^ . . . "PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP (Other)"^^ . . . . . . "lightbox.jpg"^^ . . . "PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP (Other)"^^ . . . . . . "preview.jpg"^^ . . . "PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP (Other)"^^ . . . . . . "medium.jpg"^^ . . . "PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP (Other)"^^ . . . . . . "small.jpg"^^ . . "HTML Summary of #29320 \n\nPENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP\n\n" . "text/html" . . . "Dakwah" . .