%0 Thesis %9 Skripsi %A ACEP ADAM MUSLIM, NIM. 12210081 %B FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI %D 2018 %F digilib:29875 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Komunikasi antarbudaya, Face Negotiation, Pesantren Sunni Darussalam %P 130 %T FACE NEGOTIATION DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (STUDI TERHADAP UPAYA DEWAN SANTRI PONDOK PESANTREN SUNNI DARUSSALAM, SLEMAN, YOGYAKARTA DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN PROGRAM PESANTREN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29875/ %X Pesantren di Indonesia biasanya memiliki santri dari lintas suku dan etnis, mereka berdatangan dari beragam daerah untuk tujuan yang sama, belajar ilmu agama. Hal tersebut juga berlaku di pondok pesantren Sunni Darussalam, Sleman, DI. Yogyakarta. Sejak tahun 2010, sudah mulai banyak santri dari etnis luar Jawa mondok dan belajar di pesantren ini. Sama halnya dengan santri-santri yang berasal dari daerah lokal pesantren, santri dari luar jawa juga berinteraksi dalam satu lingkungan pesantren, berbaur dengan rutinitas dan kebudayaan setempat. Beberapa fenomena itulah yang membuat semakin berwarnanya dinamika komunikasi di pondok pesantren Sunni Darussalam. Beberapa permasalahan diantaranya adalah bagaimana menyikapi dinamika komunikasi di tengah-tengah kebudayaan individu dan kelompok santri yang terus berubah (tumbuh dan berkembang) dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan di pesantren. Maka dari itu, penulis merumuskan tentang bagaimana upaya dewan santri melakukan komunikasi antar budaya dalam menunjang pelaksanaan program pesantren? Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Face Negotiation. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui pengamatan lapangan, wawancara dan dokumentasi di PP. Sunni Darussalam secara langsung, alhasil, ditemukan bahwa dewan santri dalam melakukan proses face negotiation dan membangun image diri sangat variatif, masing-masing meyakini bahwa hal yang dilakukan merupakan bagaian dari cara efektif agar dirinya sebagai pengurus dan pesannya dapat diterima oleh santri. Di sisi lain, sikap kolektivis dan sikap memfungsikan jarak kekuasaan secara rendah yang mempengaruhi face negotiation-nya, lebih dominan dilakukan oleh dewan santri. Dalam melakukan keseluruhan proses tersebut, Dewan santri menjadikan kegiatan-kegiatan pesantren sebagai saluran pesan. Secara garis besar, media yang digunakan untuk melangsungkan komunikasi antarbudaya ialah melalui komunikasi tatap muka secara langsung. Berjalannya perangkat-perangkat dalam face negotiation diatas merupakan sebuah stimulus adanya penerimaan dan partisipasi khalayak (santri), sekaligus sebagai manifestasi bahwa face negotiation dalam komunikasi antar budaya yang dilakukan dewan santri berkontribusi dalam menunjang pelaksanaan program pesantren. %Z Khoiro Ummatin, S.Ag., M.Si