@phdthesis{digilib3190, month = {August}, title = {RELASI MODE PRODUKSI DENGAN KEBERAGAMAAN MASYARAKAT PETANI (Dusun Watukangsi, Desa Wukirharjo, Prambanan)}, school = {UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, author = { SOLIA MINCE MUZIR NIM: 04541635}, year = {2009}, note = {Pembimbing : Moh.Soehada. S,Sos. M.Hum}, keywords = {Relasi Mode Produksi, Keberagaman, Mayarakat, Petani}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3190/}, abstract = {Studi ini membahas tentang relasi antara moda produksi ekonomi masyarakat dengan sikap keberagamaan mereka. Permasalahan pokok dalam penelitian skripsi ini adalah; Pertama, apa bentuk moda produksi ekonomi masyarakat dusun Watukangsi? Kedua, bagaimana relasi antara moda produksi ekonomi tersebut dengan sikap keberagamaan masyarakat. Jawaban dari pertanyaan tersebut selanjutnya mengarah pada pertanyaan apakah ada pengaruh moda produksi masyarakat yang berbeda-beda terhadap sikap keberagamaan mereka. Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan di daerah pedesaan yang terletak di bukit Prambanan yaitu Dusun Watukangsi, desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengamatan terhadap kehidupan sosial ekonomi dan keberagamaan setempat, wawancara dengan sejumlah informan, dan penelaahan dokumen, sehingga pada akhirnya melahirkan sebuah analisis yang bersifat deskriptif analitis. Analisis data diarahkan untuk menyusun deskripsi masyarakat petani yang diteliti dengan mencakup dua aspek kehidupan masyarakat petani Watukangsi. Deskripsi pertama mencakup kehidupan perekonomian masyarakat dengan mengacu pada konsep moda produksi. Deskripsi kedua mencakup kehidupan keberagamaan masyarakat yang terfokus pada aspek ritual keagamaan. Hasil temuan penelitian ini adalah: berangkat dari konsep materialisme historis Marx yang mengatakan bahwa kehidupan manusia dilandaskan pada kegiatan produksi ekonomi (moda produksi). Moda Produksi ini memiliki dua komponen yaitu kekuatan produksi (alat produksi) dan relasi produksi (hubungan sosial dari produksi). Dengan mengacu pada konsep tersebut, maka moda produksi masyarakat Watukangsi tersebut, terlihat sebagai berikut; pertama, masyarakat petani murni yang memiliki basis kekuatan produksi lahan pertanian, kedua adalah masyarakat yang memiliki kegiatan produksi yang bukan pertanian (non-farm) dan ketiga adalah masyarakat yang memiliki kekuatan produksi di luar pertanian (off-farm). Untuk keberagamaan masyarakat disimpulkan bahwa masyarakat Watukangsi tergolong pada masyarakat abangan yang memiliki karakateristik keberagamaan sebagai muslim nominal yaitu masyarakat yang masih mempertahankan tradisi sinkretisme Jawa seperti tradisi slametan yang mengandung ritual-ritual mistisme dengan sebuah tujuan yaitu untuk menjaga segala siklus kehidupan mereka dari segala ancaman. Dari deskripsi kedua aspek kehidupan tersebut, terlihat bahwa sesungguhnya antara basis material tidak berpengaruh terhadap wujud keberagamaan mereka, karena keberagamaan merupakan elemen yang otonom dalam perjalanan sejarah hidup masyarakat Watukangsi. } }