relation: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3195/ title: PANDANGAN AL GHAZALI TENTANG KEBANGKITAN JASMANI DALAM KITAB TAHAFUT AL-FALASIFAH creator: MUKHAMAD SYAMSUL HUDA NIM : 05510034, subject: Aqidah Filsafat description: Kajian tentang dogma kebangkitan kembali setelah mati memang sangat menarik untuk dikupas lebih jauh, sebab merupakan pembahasan yang senantiasa mengandung kontroversi khususnya di kalangan orang-orang islam. hal ini menjadi polemik bagi filsuf pada era pertengahan apakah kebangkitan kembali terjadi hanya pada jiwa atau juga melibatkat raga? Sebagian filsuf muslim seperti, Ibnu Sina berusaha menjawab pertanyaan itu secara rasional. Mereka menetapkan bahwa hanya jiwa saja yang akan dibangkitkan, karena hubungan antara jiwa dan raga berlangsung antara masa alnafkh (tiupan jiwa kepada badan) dan al-maut (kematian). al-nafkh adalah titik mula kontak terjadi dan al-maut adalah titik akhir kontak itu berlangsung, sekaligus menandai perpisahan antara keduanya. Jika hubungan jiwa dan jasmani terputus, maka masa kehidupan manusia di dunia habis, dan digantikan dengan kematian yang ditandai tidak berfungsinya seluruh anggota jasmani, kemudian jasmani yang tidak berfungsi ini akan hancur dengan perjalanan masa. al-Ghazali memunculkan pandangan yang berbeda dengan sebagian filsuf tersebut. Ia menguraikan penolakan para filsuf terhadap kebangkitan jasmani itu dalam kitabnya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, tepatnya pada permasalahan yang terakhir dari duapuluh permasalahan yang dibahas. Berangkat dengan pernyataan ini penulis mengajukan pertanyaan sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pandangan al-Ghazali tentang kebangkitan jasmani dalam kitab Tahafut al-Falasifah? Dengan mengunakan pendekatan historis-filosfis dan metode deskriptif interpretatif serta metode analitis dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, al-Ghazali menetapkan bahwa kebangkitan kembali akan terjadi pada jiwa dan raga. Hal ini sudah ditetapkan oleh syara’ dengan memberikan bentuk balasan di akhirat bersifat fisikal dan spiritual. Tentang bagaimana cara Allah mengembalikan jasad dan materi mana yang akan dikembalikan, semuanya diserahkan kepada Allah dengan kemahakuasaanya, karena disebut manusia bukan karena jasad atau materinya, tetapi karena jiwanya. Kedua, pandangan al Ghazali tentang kebangkitan jasmani lebih banyak didasarkan pada alasan syara’ dari pada alasan argumentatif. Ia membawa permasalahan kebangkitan kembali ini pada ranah teologis. Ketiga, sesuai kesimpulan yang kedua pandangan al Ghazali lebih berorientasi pada pengembalian permasalahan akhirat pada tuntutan agama. Ia ingin menempatkan posisi agama diatas filsafat, meskipun ia tidak menolak rasio, karena baginya rasio adalah alat untuk menjelaskan teks-teks agama, tanpa rasio agama tidak bisa dipahami, akan tetapi rasio tidak bisa menafikan keterangan teks-teks agama. Adapun kontribusi dari penelitian ini, diharapkan secara teoritik dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah pemikiran islam, yaitu sebagai ilmu pengetahuan islam bagi akademik di bidang kajian metafisika yang merupakan cabang dari filsafat. date: 2009-08-12 type: Thesis type: PeerReviewed format: text language: en identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3195/1/BAB%20I.V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf format: text language: en identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3195/2/BAB%20II%2CIII%2CIV.pdf identifier: MUKHAMAD SYAMSUL HUDA NIM : 05510034, (2009) PANDANGAN AL GHAZALI TENTANG KEBANGKITAN JASMANI DALAM KITAB TAHAFUT AL-FALASIFAH. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.