TY - THES N1 - Dr. H. Syaifan Nur, M.A. ID - digilib31959 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/31959/ A1 - ASMARA EDO KUSUMA, NIM. 1520510016 Y1 - 2018/05/30/ N2 - Penelitian ini merupakan upaya mengeksplorasi sisi lain yang tidak begitu ramai dibicarakan dalam perbincangan pemikiran Adonis di Tanah Air. Sisi lain itu adalah mistisisme yang unsur-unsurnya justru mewarnai pemikiran Adonis. Bagi Adonis sendiri, karya-karyanya (puisi dan pemikiran) merupakan upaya untuk sampai pada penyingkapan atas yang tampak dan yang tersembunyi (al-Kasyf ?an al-Mar?? wa al-L? Mar??). Dia mengakui bahwa upaya tersebut dipengaruhi (dilandasi) oleh konsep dz?hir-b?thin dalam sufisme. Unsur mistisisme dalam pemikiran Adonis terejawantahkan salah satunya dalam upayanya mengharmoniskan sufisme dan surealisme. Dalam harmonisasi tersebut, dia menggunakan cara pandang lain (baru dan radikal) dalam mendefinisikan sufisme dan surealisme. Cara pandang lain inilah yang memungkinkan keduanya bisa diharmoniskan, khususnya dalam aspek epistemologi. Untuk mendedah harmonisasi tersebut, penulis menggunakan sudut pandang epistemologi. Sedangkan untuk menelaah lebih jauh, penulis menggunakan formulasi episteme bay?ni, burh?ni dan irf?ni sebagai landasan teoritis sekaligus pisau analisa. Formulasi ini mengacu pada epistemologi Arab- Islam yang dikonsepsikan oleh al-J?biri. Setelah melakukan telaah epistemologi, penulis menyimpulkan dua hal. Pertama, Adonis memhami sufisme dan surealisme sebagai dua aliran berbeda namun memiliki tujuan senada, yakni menjadi identik dengan Yang Absolut atau menyatu dengan-Nya. Dan yang paling radikal ialah dia memahami sufisme bukan sebagai aliran keagamaan, melainkan sebagai falsafah hidup universal dalam memahami alam semesta. Di sisi lain, Adonis memahami surealisme sebagai bentuk lain dari mistisisme, mistisisme tanpa institusi agama. Kedua, melalui harmonisasi, Adonis mengisyaratkan bahwa sufisme dan surealisme menempuh jalur pengetahuan intuitif untuk sampai pada tujuan masing-masing. Pengetahuan ini mengarahkan manusia untuk mengenali dirinya sekaligus mengenal yang lain. Karena manusia dan yang lain adalah manifestasi dari Yang Absolut. Melalui harmonisasi, Adonis juga mengisyaratkan bahwa sufisme dan surealisme meyakini imajinasi dan mimpi sebagai realitas antara, serta meyakini penyatuan sebagai puncak pengalaman batin. Penyatuan ini berlangsung dalam kondisi ekstase; sebuah kondisi yang membuat seorang sufi dan surealis terdorong untuk mengekspresikan pengalaman ekstasenya dalam bentuk bahasa. Ekspresi ekstase sufistik disebut syatah?t, sedangkan ekspresi ekstase surealistik disebut al-Kit?bah al-L? Ir?diyyah. Namun Adonis menegaskan bahwa Yang Absolut dalam keabsolutan-Nya tidak bisa diketahui. Pengetahuan manusia hanya sampai pada penyingkapan makna-makna Yang Absolut; yang menyembul dalam relasi manusia dengan yang lain. Makna-makna itu bersifat b?thin, sehigga merupakan ranah pengetahuan intuitif. Hal ini bukan berarti mengabaikan rasio dan indra. Sebab Yang Absolut tidak mungkin bisa ditelusuri tanpa melalui dimensi dz?hir-Nya: citra. Dimensi dz?hir inilah yang merupakan fakultas rasio dan indra. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKA KW - Harmonisasi KW - Sufisme-Surealisme KW - Adonis KW - Epistemologi M1 - skripsi TI - HARMONISASI SUFISME DAN SUREALISME DALAM PEMIKIRAN ADONIS (TELAAH EPISTEMOLOGI) AV - restricted EP - 184 ER -