@phdthesis{digilib32129, month = {May}, title = {KESALAHAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN BAHASA ARAB SEHARI-HARI OLEH SISWA MAPK MAN 1 SURAKARTA (KAJIAN MORFOSINTAKSIS)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM. 1620510051 FAUZUL MUNA}, year = {2018}, note = {Dr. H. Mardjoko Idris, M. Ag.,}, keywords = {Kesalahan Berbahasa, Morfologis, Sintaksis}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32129/}, abstract = {Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kewajiban seluruh siswa untuk menggunakan dua bahasa di Asrma Progam Keagamaan MAN 1 Surakarta. Prakteknya, dalam percakapn sehari-hari mereka masih terpengaruhi dengan bahasa pertama mereka dengan alasan bahasa pertama mereka diterima lebih lama dibandingkan bahasa kedua mereka (bahasa Asing, Bahasa Arab). Penguasaan bahasa seorang pembelajar kurang seimbang, salah satunya adalah Kesalahan Berbahasa. Adapun fenomena kesalahan berbahasa ini adalah topik penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik. Teknik pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam metode analisis kesalahan berbahasa dengan cara mengumpulkan data percakapan, identifikasi kesalahan, dan usaha perbaikan. Kesalahan percakapan di kalangan siswi MAPK MAN 1 Surakarta menunjukkan kesalahan yang kurang sesuai dengan gramatika bahasa Arab dari Aspek Morfologi dan Sintaksis. Pada kesalahan morfologis, terdapat tiga tipe kesalahan, yakni penghilangan ya? muanna{\.s}, kesalahan bentuk fi?il, dan reduplikasi pada bentuk jamak. Sedangkan kesalahan Sintaksis terdapat empat tipe kesalahan, yakni: penghilangan unsur subyek, predikat, penambahan {\d d}amir, harfu jar, salah susun antara tarkib i{\d d}afy dan tarkib wa{\d s}fy dan salah formasi. Faktor-faktor dalam penelitian kesalahan berbahasa ini terbagi menjadi dua faktor, faktor linguistik dan faktor non linguistik. Faktor linguistik terdiri dari transfer interlingual, transfer intralingual, konteks pembelajaran, dan strategi komunikasi. Sedangkan faktor non linguistik terjadi karena keragaman latarbelakang sekolah mereka berasal, mereka beranggapan kebanyakan alumnus yang keluar melanjutkan pendidikan yang tidak berkaitan dengan bahasa, hanya terhindar dari mahkamah lughah.} }