%0 Thesis %9 Masters %A MUJIBUROKHMAN, NIM. 1520311091 %B PASCASARJANA %D 2018 %F digilib:32811 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Transendental, ritual, mitoni, kelahiran, modernisasi %P 125 %T KOMUNIKASI TRANSENDENTAL DALAM RITUAL MITONI DAN KELAHIRAN DARI ASPEK LINTAS AGAMA DI DESA BUDAYA WEDOMARTANI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32811/ %X Penelitian ini menjelaskan Komunikasi Transendental dalam Ritual Mitoni dan Kelahiran dari Aspek Lintas Agama di Desa Budaya Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta. Tradisi mitoni dan kelahiran di Desa Budaya Wedomartani sarat dengan makna simbolis, baik dari ritual perayaan, alat-alat yang digunakan, dan do’a yang dibacakan sebagai bentuk komunikasi manusia dengan Tuhan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman pelaksanaan ritual mitoni dan kelahiran di Desa Budaya Wedomartani semakin tergeser, tanpa melihat lebih jauh makna dari ritual tersebut. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini. Rumusan masalah yang diangkat Bagaimana komunikasi transendental dalam ritual mitoni dan kelahiran dari aspek lintas agama di Desa Budaya Wedomartani?, Bagaimana makna do’a yang dibacakan dalam ritual mitoni dan kelahiran dari aspek lintas agama di Desa Budaya tersebut?, Bagaimana pengaruh modernisasi terhadap ritual mitoni dan kelahiran di Desa Budaya tersebut? Sedangkan tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasi transendental, makna do’a serta pengaruh modernisasi pada ritual mitoni dan kelahiran dari aspek lintas agama di Desa budaya Wedomartani. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan dari teori Suwardi Endraswara model for dan model of, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan telaah pustaka beberapa literatur yang relevan. Analisis yang digunakan adalah model Miles and huberman , yaitu (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa ritual mitoni dan kelahiran merupakan tradisi budaya jawa yang kental di masyarakat, dengan pemilihan waktu, tata cara dan perlengkapan (ubo rampe) yang sama, dan masing-masing agama menyepakati sebagai tradisi yang memiliki makna positif. Dengan dilandasi oleh latar belakang agama yang berbeda, tradisi ritual tersebut memiliki makna yang berbeda pula. Hal yang paling mendasar adalah pada pembacaan do’a yang diucapkan pada masing-masing agama. Meski arus modernisasi melanda pada setiap lini kehidupan tak terkecuali pada praktek-praktek tradisi dan budaya, desa Wedomartani mempertahankan ritual mitoni dan kelahiran, antara lain dengan ketokohan, baik tokoh agama, formal maupun tokoh budaya. Tetapi ada juga yang membentuk dalam satu paguyuban, sehingga para tokoh dan paguyuban tersebut menjadi broker budaya. %Z Dr. Mochamad Sodik, M. Si.,