@mastersthesis{digilib32840, month = {August}, title = {KONSEP AKAD AL-QAR{\d D} DALAM PERSPEKTIF MAQ{\=A}{\d S}ID ASY-SYAR{\=I}?AH}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 1620311056 M. Nurul Ahsan}, year = {2018}, note = {Dr. Moh. Tamtowi}, keywords = {Hukum al-Qar{\d d}, Fatwa DSN-MUI, Fatwa AAOIFI, Maq{\=a}{\d s}id asy-Syar{\=i}?ah, al-Qaw{\=a}?id al-Fiqhiyyah, Riba}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32840/}, abstract = {Penelitian ini mengkaji konsep akad al-qar{\d d} menurut fatwa skala nasional Dewan Syariah Nasional Majilis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan fatwa skala internasional Accounting \& Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI). Data-data yang disertakan meliputi fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qar{\d d}, AAOIFI nomor 19 tahun 2004 tentang al-Qar{\d d} serta pendapat fikih lintas mazhab. Setidaknya penelitian ini mengurai dua rumusan masalah: 1) apa perbedaan konsep akad al-qar{\d d} menurut fatwa DSN-MUI dan AAOIFI?, dan; 2) bagaimana pandangan Maq{\=a}{\d s}id mengenai fatwa tersebut? Penelitian ini merupakan penelitian pustaka bersifat deskriptif-analitis melalui pendekatan normatif-yuridis menggunakan teori Maq{\=a}{\d s}id asy-Syar{\=i}?ah perspektif Jasser Auda sebagai teori utama (grand theory) mengenai perbaikan jangkauan (mu?{\=a}lajah al-mustaway{\=a}t), pengembangan ekonomi kognitif (al-iqti{\d s}ad al-ma?rif{\=i}) dan cara berfikir skala prioritas (al-aulawiyy{\=a}t). Teori ini dalam analisisnya juga menggunakan teori al-Qaw{\=a}?id al-Fiqhiyyah sebagai teori bantu (secondary theory) mengenai maksud dan tujuan akad (an-niyyah) para pihak yang sedang berakad serta mengenai landasan hukum menggunakan adat kebiasaan (al-?{\=a}dah/al-?urf). Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Fatwa DSN-MUI dan AAOIFI memiliki sejumlah perbedan dan kesamaan: a. wilayah jangkauan serta pengaruh fatwa DSN-MUI lebih kecil daripada AAOIFI; b. fatwa AAOIFI jauh lebih komprehensif daripada fatwa DSN-MUI; c. perbedaan paling mendasar di antara keduanya terletak pada butir adat kebiasaan (al-?{\=a}dah) yang dituangkan dalam fatwa AAOIFI, namun tidak diakomodir dalam fatwa DSN-MUI; d. ketiadaan butir adat kebiasaan (al-?{\=a}dah) dalam fatwa DSN-MUI menjadi celah bagi lembaga keuangan syariah menerbitkan akad al-qar{\d d} untuk meraih keutungan hingga rentan digunakan legitimasi ajang praktik riba. 2) Pandangan maq{\=a}{\d s}id asy-syar{\=i}?ah mengenai fatwa DSN-MUI dan AAOIFI terdapat beberapa catatan: a. ada indikasi ketidakselarasan antara jangkauan al-maq{\=a}{\d s}id al-juz`iyyah al-maq{\=a}{\d s}id al-?{\=a}mmah dan al-maq{\=a}{\d s}id al-kh{\=a}{\d s}{\d s}ah; b. akad al-qar{\d d} berpotensi dijadikan sebagai pengembangan ekonomi kognitif (al-iqti{\d s}{\=a}d al-ma?rif{\=i}), yaitu ekonomi berbasis ilmu pengetahuan; c. skala prioritas (al-aulawiyy{\=a}t) dalam akad al-qar{\d d} harus dirumuskan ulang agar keluarnya produk ini dapat tepat mengenai sasaran pada orang yang kurang mampu daripada diperuntukkan perusahaan-perusahaan raksasa yang seringnya hanya menghasilkan kebutuhan konsumtif.} }