@mastersthesis{digilib32841, month = {August}, title = {PERKAWINAN CAMPURAN DALAM MASYARAKAT KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN NIKEL MOROSI}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 1620311055 MUHAMMAD NADHIR ATTAMIMI}, year = {2018}, note = {DR. ALI SODIQIN, M.AG}, keywords = {Perkawinan Campuran, Perkawinan Sirri, dan Masyarakat}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32841/}, abstract = {Penelitian ini berawal dari berdirinya sebuah perusahaan pengolahan dan pemurnian nikel di kawasan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Tahun 2015 berdiri sebuah perusahaan yang banyak mempekerjakan pekerja asing didalamnya, yang mana setiap periode semester berdatangan dari negeri Tiongkok ke daerah tersebut. Interaksi antara warga lokal dan pekerja asing terlaksana secara intens sehingga menimbulkan perkawinan diantara mereka. Perkawinan ini disebut dengan perkawinan campuran yakni perkawinan antara Warga Negara Indonesia (WNI) dengan Warga Negara Asing (WNA). Perkawinan ini secara keseluruhan perkawinan ini secara sirri. Hal itu dibuktikan tidak adanya rekam jejak pencatatan perkawinan mereka hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa sebenarnya alasan masyarakat lokal di kawasan tersebut melakukan perkawinan dengan para pekerja asing itu dilihat dari kacamata sosiologis. Selain itu, penelitian ini pula bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat dan pemerintah setempat melihat maraknya terjadi perkawinan yang berbeda kewarganegaraan itu. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam meneliti kasus ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan pengumpulan para pelaku beserta data dilapangan secara jelas melalui dokumentasi dan wawancara. Setelah menemukan masalah yang dicari, kemudian peneliti menggunakan teori Fungsionalisme-Struktural yang dikenalkan oleh Talcot Parsons sebagai pisau analisisnya. Hasil penelitian ini didapati tiga alasan para pelaku melakukan perkawinan campuran dengan para pekerja asing tersebut. Mulai dari alasan ekonomi sebagai penopang rumah tangga, alasan kebanggaan memiliki pasangan asing dan adanya alasan rasa kasihan yang diberikan kepada para pekerja asing. Melihat adanya kasus itu, pro dan kontra menyelimuti respon masyarakat. Sedangkan pemerintah setempat sangat menyesali terjadinya perkawinan tersebut, hingga pada tahap sebagai kemaslahatan masyarakat dikeluarkannya sebuah syarat tambahan yakni adanya uang jaminan. Dalam penerapan skema A.G.I.L dalam kasus perkawinan campuran ini sebagai berikut; Pertama, Adaptation; para wanita lokal mulai beradaptasi dengan para pekerja asing dimulai dari hadirnya industri hingga timbul rasa suka dan saling mencintai. Kedua, Goals; dengan terjadinya perkawinan campuran akan mampu meningkatkan status sosial mereka di kalangan masyarakat luas. Ketiga, Integration; dengan bertemu dan berinteraksi dengan pihak keluarga, dalam hal ini timbul sebuah dukungan dari pihak keluarga secara tidak langsung. Keempat, Latency; para pelaku perkawinan harus lebih intens lagi dalam membangun sebuah kepercayaan dari pihak keluarga agar dalam beradaptasi dan pengedalian bagian bisa mencapai satu tujuan yang mereka inginkan yakni perkawinan campuran.} }