%0 Thesis %9 Skripsi %A Joko Riyanto, NIM. 13510009 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2018 %F digilib:33295 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Eksistensialisme Teistik, Pengetahuan Intuitif, Pengetahuan Rasional %P 164 %T EKSISTENSIALISME TEISTIK DALAM FILM THE MAN WHO KNEW INFINITY (2015) (Analisis Semiotik) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33295/ %X Memaknai dan menjalani kehidupan sangatlah kompleks tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang hitam belum tentu hitam, begitu sebaliknya yang putih belum tentu putih. Namun di dalam kehidupan ini hakikatnya adalah ego-ego yang saling hidup menjadi dan berinteraksi satu sama lain. Baik dari ego yang terendah seperti benda-benda mati, ego mengikuti hukum sunatullah yaitu hewan dan tumbuhan dan terakhir ego yang bebas yaitu manusia yang memiliki perjuangan hidup untuk berdaulat dalam hidupnya. Dari sisi kompleksitas hidup tersebut, terdapat sebuah film yang sangat fenomenal yang mana kontennya berupa sejarah ilmuan matematika dari India. Hal inilah yang membuat Sutradara Matthew Brown mengangkat film tersebut dari sebuah novel dengan judul yang sama The Man Who Knew Infinity. Peneliti tertarik dengan kejeniusan dari Ramanunjan yang hanya berbekal pendidikan otodidak di India dengan kultur agamis yang kuat, sedangkan G. H. Hardy sebagai seorang ilmuan matematika dari Inggris dengan kultur ketidakpercayaannya terhadap Tuhan. Dari kolaborasi antara Ramanunjan dan G. H. Hardy tersebut terlihat sangat jelas penggambaran dua sisi peradaban antara Timur (India) dan Barat (Inggris). Penelitian ini merupukan penelitian pustaka. Mengambil objek kajian film The Man Who Knew Infinity yang rilis pada tahun 2015. Adapun objek formalnya adalah Eksistensialisme teistitik oleh Muhammad Iqbal dan tahapan eksistensi manusia menurut Soren Kierkegaard. Film ini dikaji menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yang membagi tingkatan makna atas tanda, denotasi, konotasi dan mitos. Adapun yang dianalisis adalah tanda-tanda dalam film meliputi adegan dan dialog. Dalam konteks ini, film diposisikan sebagai teks yang berjalan. Dari potongan-potongan adegan maupun dialog yang kemudian dianalisis dengan two order of signification Roland Barthes. Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa film tersebut telah merepresentasikan filsafat eksistensialisme yang memandang segala sesuatu haruslah melihat secara subtantif-kualitatif yaitu Ramanunjan sebagai individu yang jenius. Dan kehidupan konsep eksistensialis teistik dari Muhammad Iqbal yang direpresentasikan oleh S. Ramanunjan yang pengetahuannya berasal dari Tuhannya (Intuitisi) dan konsep eksistensialis teistik dari Soren Kierkegaard yang direpresentasikan oleh G. H. Hardy dengan pengetahuan formal selama hidupnya. Serta terakhir dalam film tersebut terdapat kritik budaya antara Timur (India) religius dan Barat (Inggris) rasional. %Z Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum