%0 Thesis %9 Skripsi %A Miftahol Birri NIM: 04511716, %B Fakultas Ushuluddin %D 2010 %F digilib:3380 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Perempuan dalam perkawinan %T OTONOMI PEREMPUAN MADURA DALAM PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Poteran Sumenep, Madura) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3380/ %X Kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik dan agama terkadang tidak memberikan ruang dan kesempatan sedikitpun bagi perempuan untuk menilai sebuah perkawinan dengan kerangka pikir mereka sendiri, bukan dengan kaca mata orang lain. Madura, yang menganut sistem kekerabatan patrilinial cenderung lebih mengedapankan laki-laki dibanding perempuan. Laki-laki selalu diposisikan sebagai pihak yang selalu diuntungkan. Mereka dapat menentukan apapun berdasarkan pola berpikir mereka sendiri. Mereka bebas menilai apapun dengan kaca mata mereka sendiri. Sementara perempuan berada di bawah kuasa laki-laki. Mereka tidak berhak menilai suatu apapun dengan cara pandang mereka. Mereka selalu berada pada posisi yang tidak diuntungkan. Hal ini, sedikit banyak akan berdampak pada otonomi perempuan dalam perkawinan, di mana laki-laki bebas memilih sementara perempuan cenderung pasif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode lapangan. Semua data yang diperoleh dari lapangan penulis tuangkan dalam sebuah hasil penelitian dan ditunjang dengan studi kepustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mempelajari secara mendalam dan holistik salah satu budaya yang diciptakan dalam masyarakat Madura. Sedangkan dalam menganalisis data penulis menggunakan studi kasus (case study) dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai topik yang dikaji, yaitu otonomi perempuan Madura dalam Perkawinan. Di samping itu, metode studi kasus merupakan inquiry empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata. Hasil yang didapat adalah, bahwa otoritas perempuan dalam perkawinan sampai sekarang masih belum bejalan sama sekali. Perempuan di Desa Poteran, Sumenep, Madura sampai sekarang masih mengalami penindasan. Hilangnya otoritas perempuan Desa Poteran, Sumenep, Madura lebih di dasarkan kepada faktor budaya patriarkhi dan otoritas agama. Ketidak berpihakan agama (dalam hal ini tradisi pesantren) semakin membuat posisi perempuan semakin tidak diuntungkan. Dalam agama (Islam) banyak sekali ajaran yang berdimensi moralsosial belum disadari sepenuhnya oleh para pengikutnya. Ini kemudian memunculkan persepsi yang eksklusif atau bahkan subyektif di beberapa kalangan masyarakat. Sedangkan Ideologi patriarkhi akan memperpanjang hegemoninya terhadap perempuan. Kedudukan perempuan semakin permanen sebagai kanca wingking, teman laki-laki digaris belakang dan menjadi orang yang dibebani kewajiban mengurus rumah tangga. %Z Pembimbing : H. Shofiyullah, Mz. S.Ag, M,Ag,