@phdthesis{digilib33851, month = {November}, title = {KECANTIKAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR?AN PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB DALAM PEREMPUAN DAN TAFSIR AL-MISHBAH, DAN IBNU AL-QAYYIM ALJAWZIYYAH DALAM AL-JAMA@L: FAD\}LUH, HAQI@QATUH, AQSA@MUH}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 15530119 Kania Lestari}, year = {2018}, note = {Aida Hidayah, S.Th.I, M.Hum}, keywords = {KECANTIKAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR?AN, Quraish Shihab, Ibnu Qayyim}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33851/}, abstract = {Kecantikan dalam lingkup manusia biasanya dimaknai dengan kecantikan yang berhubungan dengan perempuan. Perempuan secara naluriah memiliki keinginan untuk memperindah penampilannya. Oleh sebab itulah kecantikan perempuan menjadi hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Kecantikan dari sisi lahiriah dan batiniah menjadi hal yang sangat penting dalam rangka membentuk kualitas perempuan serta memberikan nilai kecantikan yang paripurna bagi perempuan. Kecantikan perempuan adalah sesuatu yang diciptakan di dalam diri perempuan, sehingga pada akhirnya kecantikan perempuan menjadi sebuah fitrah bagi perempuan yang telah Tuhan anugerahkan untuk selalu disyukuri dan dijaga. Penelitian ini mengkaji tema yang menarik yakni kecantikan perspektif Quraish Shihab dalam Perempuan dan tafsir Al-Mishbah, dan Ibnu Qayyim dalam Al-Jama@l: Fad\}luh, Haqi@qatuh, Aqsa@muh. Pokok penelitian ini adalah, pertama bagaimana kecantikan perspektif Quraish Shihab dalam Perempuan dan tafsir Al-Mishbah. Kedua, bagaimana kecantikan perspektif Ibnu Qayyim dalam Al-Jama@l: Fad\}luh, Haqi@qatuh, Aqsa@muh. Ketiga, bagaimana analisis kecantikan menurut kedua tokoh tersebut dalam Perempuan dan tafsir Al-Mishbah dan Al-Jama@l: Fad\}luh, Haqi@qatuh, Aqsa@muh. Peneliti menggunakan kerangka teori analisis kontekstualisasi kecantikan pada masa kini melalui teori tafsir kontemporer (taghayyur al-tafsir bi taghayyur azman wal amkan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya: Pertama, Quraish Shihab dalam Perempuan bahwasanya kecantikan bersifat subjektif, H\}u@r ?in, maksud hakikinya adalah makhluk dengan mata lebar, bulat/sipit Adapun maksud majazi yakni mata yang sipit dalam arti pandangan yang hanya terbatas untuk pasangannya. Pengubahan bentuk harus memiliki alasan yang wajar. Kedua, Ibnu Qayyim memberikan ciri-ciri lain mengenai pesona yang dimiliki perempuan yang diidentikkan dengan kelembutan kulit dan kehalusan telapak tangan. Kecantikan batin akan mempercantik rupa lahiriah. Ketiga, menurut Quraish Shihab, kecantikan lahiriah (identik dengan wajah) hanya menjadi penyejuk/menyenangkan mata, sedangkan kecantikan batiniah akan menawan setiap hati/ penyejuk hati. Ibnu Qayyim memberikan pandangan Kecantikan ?batin? lebih baik dari pada kecantikan ?lahir.? Sehingga kecantikan batiniah akan membentuk kecantikan lahiriah. Dapat disimpulkan bahwa Quraish Shihab menitikberatkan perspektif kecantikan sebagai subjektivitas yang dilukiskan kepada kecantikan perempuan surga. Ibn Qayyim juga melukiskan kecantikan perempuan oleh al-Qur?an dengan analogi kecantikan perempuan surga. Keduanya berpendapat bahwa memadukan kecantikan lahiriah dan batiniah adalah anjuran yang harus dilakukan} }