%0 Thesis %9 Skripsi %A ARIF IMAN MAULIDDIN, NIM. 1620010003 %B PASCASARJANA %D 2018 %F digilib:34050 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Unsur Lokal, Mahmud Yunus, Tafsīr Al-Qur’ān Karīm %P 134 %T UNSUR LOKAL DALAM TAFSIR AL-QUR’AN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34050/ %X Penelitian ini merupakan kajian atas kitab Tafsīr Al-Qur’ān Karīm yang telah ditulis oleh Mahmud Yunus dan dicetak ulang sebanyak 23 kali. Kitab tafsir tersebut merupakan hasil dari penyelidikan panjang Mahmud Yunus selama kurang lebih lima puluh tiga tahun. Tafsīr Al-Qur’ān Karīm disebut juga sebagai pelopor karena dalam penulisannya yang runtut dan lengkap di Indonesia. Penelitian ini fokus menggali unsur lokal yang ada dalam kitab tafsir tersebut. Oleh sebab itu penulis tertarik mengkaji kitab Tafsīr Al-Qur’ān Karīm ini dengan judul: “Unsur Lokal dalam Tafsīr Al-Qur’ān Karīm Karya Mahmud Yunus”. Atas dasar tersebut, penelitian ini mengangkat rumusan masalah mengenai apa saja unsur lokal dalam Tafsīr Al-Qur’ān Karīm karya Mahmud Yunus? dan mengapa unsur lokal tersebut dijadikan sebagai sumber penafsiran dalam Tafsīr Al- Qur’ān Karīm karya Mahmud Yunus? Penelitian ini menggunakan teori vernakularisasi Anthony H. Johns. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research) yang menjadikan Tafsīr Al-Qur’ān Karīm karya Mahmud Yunus sebagai sumber primer. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan historis-intertekstualitas. Secara histori untuk melihat sejarah latar belakang Mahmud Yunus dan kondisi sosialnya. Sedangkan intertekstualitas untuk mengkaji keterpengaruhan pemikiran Mahmud Yunus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptifanalisis, gunanya untuk menggambarkan latar belakang kehidupan Mahmud Yunus dan Tafsīr Al-Qur’ān Karīm. Secara analitis untuk mengetahui unsur lokal dalam Tafsīr Al-Qur’ān Karīm . Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa unsur lokal yang ada dalam Tafsîr Al-Qur’ân Karîm terbagi pada tiga aspek, Pertama, lokalitas segi bahasa, seperti “Lancar dikaji karena disebut”, “Tuah semufakat celakanya bersilang”, “Pandang anak pandang minantu”. Kedua, lokalitas segi ungkapan umum, “Mulutmu harimaumu”, “Hemat pangkal kaya rajin pangkal pandai”, “Gajah dipelupuk mata tak terlihat tetapi semut di seberang lautan terlihat”. Ketiga, lokalitas segi sosial budaya, diantaranya mengkritik adat istiadat Minangkabau dan mengkritik pendidikan yang terjadi di Indonesia. Secara umum unsur lokal yang terdapat dalam Tafsīr Al-Qur’ān Karīm, menggambarkan ungkapan lokalitas, adat istiadat, perilakuperilaku masyarakat Minangkabau. %Z Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si,.