relation: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34496/ title: DINAMIKA PENAFSIRAN GAIRI ŪLĪ AL-IRBATI MIN AL-RRIJĀL MENURUT TAFSIR KLASIK, PERTENGAHAN, DAN MODERN-KONTEMPORER creator: Ḥ MOḤ FAWAID, NIM. 12530110 subject: Ilmu Alqur’an dan Tafsir description: Perlu disadari bahwa suatu penafsiran cenderung kontestik dan diperebutkan karena kepentingan golongan tertentu. Artinya dalam menafsirkan suatu ayat bisa saja tidak menggungkap makna yang otentik dalam penafsiran tersebut. Seperti pada saat penulis menyaksikan salah satu stasiun televisi swasta menayangkan program dengan tema LGBT: Antara HAM dan Agama. Dalam program tersebut Aan Anshori selaku bintang tamu mengatakan al-Qur‟ān melegalkan LGBT, dengan mengutip ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl yakni seorang laki-laki yang tidak mempunyai hasrat seksual. Lebih lanjut dalam pernyataan tersebut, LGBT adalah pemberian Tuhan sebagai mana pemberian Tuhan kepada seorang laki-laki yang mencintai seorang perempuan, atau seorang perempuan yang mencintai seorang laki-laki. Penulis melihat makna ayat ini serat dengan kepentingan tertentu, yakni dilegalkannya LGBT di Indonesia. Maka muncullah tema Dinamika Penafsiran Gairi ūlī al-irbati min alrrijāl Menurut Tafsiīr Klasik, Pertengahan, dan Modern-Kontemporer, penulis mencoba meneliti ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl menggunakan sudut pandang tafs r klasik (al-Ṭabārī), pertengahan (al-Qurṭūbī), dan modernkontemporer (al-Thab th ba‟ ), menggunakan metode penelitian pustaka (library research) dan analisis komparatif, dengan harapan dapat memahami penafsiran ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl serta dinamika penafsirannya. Hasil penelitian ini menyimpulkan, bahwa masing-masing mufassir dalam menafsirkan ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl tidak lepas dari kata bodoh, waria, orang yang dikebiri, dan tidak mempunyai syahwat. Di samping itu terdapat perbedaan, persamaan, kelebihan, dan kekurangan dari masing-masing mufassir. Al-Ṭabārī dan al-Qurṭūbī menafsirkan ayat gairi ūlī al-irbati min alrrijāl menggunakan metode tahlīlī dan muqārin, dimana dalam penafsiran tersebut cenderung menggunakan pendapat para sahabat dan ḥadīst Nabi, serta secara khusus membandingkan perbedaan qira‟at pada ayat tersebut. Sedangkan yang membedakan dari keduanya yaitu al-Qurṭūbī lebih detail dalam menafsirkan ayat dengan menggunakan ḥadīst dan syair yang tidak terdapat pada al-Ṭabārī. Pada periode modern-kontemporer, al-Ṭabātabā‟ī tidak mencantumkan pendapat para sahabat maupun h adiīst mengenai ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl, keduanya cenderung menafsirkan ayat ini bi al- ra‟yi. Kelebihan dari tafsīr al-Ṭabārī, yaitu secara detail memaparkan makna ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl lengkap dengan pendapat para sahabat dan ḥadīst. Hal ini sama halnya dengan penafsiran al-Qurṭūbī, namun, al-Qurṭūbī lebih mendetail dengan menyebut nama waria pada ḥadīst yang disampaikan dalam menafsirkan ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl. Kekurangan al-Qurṭūbī yakni memasukkan ḥadīst ḍaif dalam menafsirkan ayat ini, meski pada dasarnya terdapat penjelasan bahwa ḥadīst tersebut ḍaif. Sedangkan kekurangan al- Ṭabātabā‟ī ialah tidak mencantuman pendapat para sahabat dan ḥadīst, akan tetapi dalam menafsirkan ayat ini lebih bi al-ra‟yi. Dari dinamika penafsiran ayat gairi ūlī al-irbati min al-rrijāl menurut tafsir klasik, pertengahan, dan modernkontemporer, terdapat perkembangan yang cukup signifikan didalamnya, khususnya cara penafsiran mufassir. Wallāhu Ā‟lam. date: 2018-07-30 type: Thesis type: NonPeerReviewed format: text language: id identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34496/1/12530110_BAB%20I_BAB_TERAKHIR_DAFTAR_PUSTAKA.pdf format: text language: id identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34496/2/12530110_BAB%20II_S.D._SEBELUM_BAB_TERAKHIR.PDF.pdf identifier: Ḥ MOḤ FAWAID, NIM. 12530110 (2018) DINAMIKA PENAFSIRAN GAIRI ŪLĪ AL-IRBATI MIN AL-RRIJĀL MENURUT TAFSIR KLASIK, PERTENGAHAN, DAN MODERN-KONTEMPORER. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.