%A NIM. 11530004 MUHAMMAD ANSHAR %O Drs. Muhammad Mansur, M.Ag %T PANDANGAN AL-ALUSI TENTANG ZUHUD DALAM KITAB TAFSIR RUh al-Ma‘a>ni> fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m wa al-Sab’i al-Matsa>ni>,. Dalam muqaddimahnya, al-Alusi menyebutkan bahwa keinginan al-Alusi untuk mengarang kitab tafsir ini ialah datang dari dirinya yang ingin mendalami ilmu serta mengungkapkan pandangan tafsirnya kepada masyarakat sekitar sebagai solusi permasalah sosial pada masa itu. Kitab tafsir tersebut juga didorong oleh sebuah mimpi yang menjadi petunjuk awal untuk merampungkan kitab tafsir Ruh al-Ma’ani. Kitab tafsir ruh al-Ma’ani tersebut bercorak sufi isyari, yakni penakwilan yang berbeda dengan makna lahiriyahnya. Akan tetapi tidak melenceng dari koridor syari’at. Penelitian ini termasuk jenis library research yaitu penelitian dengan mengumpulkan data-data dengan menggunakan dokumen terkait. dalam hal ini yang menjadi data primer adalah kitab tafsir Ruh al-Ma’ani dan rujukan lain yang menunjangnya menjadi sumber data sekunder. Adapun pengolan data menggunakan merode deskriptif dengan mengumpulkan data-data kemudian menganalisanya. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa konsepsi zuhud al-Alusi ialah aktivis dan ortodoks. Aktivis dalam artian seorang zahid tidak selayaknya lari dari kehidupan sosial. Ia bisa hidup di tengah masyarakat sekitar tanpa terpengaruh dengan kesenangan duniawi. Ia pun bisa berkontribusi aktif terhadap permasalahan umat yang dihadapi pada masa itu. Makna ortodoks ialah pemahaman tentang tasawuf tidak keluar dari ajaran syariah. Ia menjadi kelanjutan dari pandangan sufisme klasik dan merubah pemahaman yang cenderung isolatif dan menjadi persoalan dalam dunia tasawuf. Ciri pemikiran demikian menunjukkan bahwa al-Alusi merupakan salah satu tokoh dengan sebutan neo sufime, Al-Alusi berpandangan bahwa seorang sufi tidak lantas menjauhi dunia. Dunia memang berisi kesenangan yang menipu, akan tetapi tidak akan menggoyahkan keimanan seorang muslim. Dunia tersebut ibarat bermata dua, bila digunakan untuk mencari kepuasan, maka ia akan mendapatkan siksa yang setimpal di akhirat. Dan jika digunakan sebagai amal sholeh untuk kehidupan akhirat, maka dunia merupakan sebaik-baiknya kesenangan dan jalan menuju akhirat. Umat muslim seharunya bisa berlaku proporsional dalam berkehidupan dunia. Ia tidak menjauhi dunia, dan tidak pula mencari kesenangan terhadap kehidupan dunia tersebut. Ia bisa menjaga hatinya tetap teguh beribadah kepada Allah semata %K zuhud al-Alusi, tafsir Ruh al-Ma‘ani %D 2018 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib34696