%A NIM. 15530022 Iftahul Digarizki %O Fitriana Firdausi, S. Th.I., M.Hum %T KONSEP PERDAMAIAN DALAM QS. AL-HUJURAT [49]: 9-10 (Studi Komparasi Tafsir al-Mishbah dan Tafsir al-Azhar) %X Setiap orang mendambakan kedamaian. Oleh karenanya, sejak dini para orang tua telah mengajarkan kepada anaknya untuk kasih mengasihi sesama temannya, dan menghormati yang lebih tua darinya. Isu-isu perdamaian mungkin sudah tidak asing lagi didengar baik di kalangan kaum terdidik maupun sebaliknya. Harus diakui jika kata “perdamaian” masih jauh dari kenyataan, hanya berhenti pada titik pengharapan tertinggi setiap manusia. Isu-isu terkait dengan perdamaian tidak akan pernah berhenti untuk dibahas dan diteliti, sebab roda zaman yang menuntut setiap masalah harus dituntaskan dengan cara yang berbeda. Banyak yang meneliti tentang ayat-ayat perdamaian akan tetapi sangat sedikit yang menemukan suatu hal yang dapat dijadikan landasan untuk berdamai dalam ranah personal maupun sosial. Dalam QS. Al-Hujurat [49]: 9-10 bercerita tentang konflik dan persaudaraan, dengan harapan perdamaian bisa terus ditegakkan di muka bumi ini. Damai bagi semua pihak tanpa memandang ras, etnis, warna kulit, dan sebagainya. Menjadi menarik jika penulis menguraikan dua pendapat ulama tafsir nusantara yakni Quraish shihab dan Hamka dalam tafsirnya masing-masing terkait QS. Al- Hujurat [49]: 9-10. Ayat-ayat tersebut akan diuraikan dengan menggunakan metode komparatif untuk mengetahui letak persamaan dan perbedaan keduanya. Hasil dari pengkomparasian tersebut diambil sebuah pesan/ide pokok yang ingin disampaikan dalam 2 ayat itu, kemudian dilakukan kontekstualisasi agar terciptanya keseimbangan antara “Ide pokok” dan “kondisi sosial” saat ini. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa QS. Al-Hujurat [49]: 9-10 memiliki pesan penting bagi setiap manusia yang hendak berdamai dan mendamaikan. Quraish shihab menjelaskan disebut mendamaikan jika membahagiakan kedua pihak atau lebih yang berseteru, sedangkan Hamka menyebutkan bahwa mendamaikan yang sejati ialah keterbukaan yakni dengan menyebutkan sisi-sisi kebenaran dan kekhilafan kedua belah pihak tanpa ada yang disembunyikan. Dari analisis penulis terdapat lima aspek mendasar yang harus dipahami setiap orang yang ingin berdamai, yakni a) Proses terciptanya manusia, b) Keterkaitan anggota tubuh, c) hati sebagai penguasa, d) Perbedaan adalah Fitrah, e) Manusia ialah Khalifah atas bumi. Dari lima aspek tersebut diharapkan memberi harapan baru bagi siapapun yang mempertaruhkan perdamaian menjadi masa depan alam semesta. Harapan akan kedamaian tidak mustahil untuk diwujudkan jika setiap manusia dapat mengimbangi dunia dirinya dan diluarnya. Zaman boleh terus berputar sembari konflik-konflik yang berubah pula akan tetapi keseimbangan tersebut tetaplah sama, dalam artian nilai-nilai persaudaraan menjadi aspek penting jika perdamaian itu ingin terus diperjuangkan %K Perdamaian, Quraish Shihab, Hamka, Kontekstualisasi, QS. Al- Hujurat [49]: 9-10. %D 2019 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib34745