eprintid: 35423
rev_number: 9
eprint_status: archive
userid: 77
dir: disk0/00/03/54/23
datestamp: 2019-07-03 04:33:52
lastmod: 2019-07-03 04:33:52
status_changed: 2019-07-03 04:33:52
type: thesis
metadata_visibility: show
creators_name: RUSMAN, S.H.I, NIM. 1620310090
title: URGENSI KIAI SEBAGAI WALI DALAM PERKAWINAN
DI BANGKALAN MADURA
ispublished: pub
subjects: hukum
divisions: huk_islam
full_text_status: restricted
keywords: Kata kunci: Wali nikah, Taukil wali, Kyai sebagai wali.
note: Dr. H. Fathorrahman, S.Ag., M.Si.
abstract: Wali merupakan salah satu rukun di dalam perkawinan
dan menjadi salah sat sahnya suatu perkawinan. Meskipun
demikian, di kalangan masyarakat tertentu posisi wali nasab
tersebut diartikan dalam makna yang sangat sederhana. Artinya,
kedudukan wali hanya dijadikan formalitas belaka. Di berbagai
tempat atau daerah, termasuk di daerah kabupaten Bangkalan,
banyak sekali praktik yang memperlihatkan hal ini. Artinya wali
nasab lebih mempercayai orang lain untuk mewakilkan dirinya
dalam prosesi akad nikah tersebut. Biasanya masyarakat
mempercayakannya kepada kyai atau kepada penghulu. Fokus
penelitian ini adalah membahas hal-hal yang berkaitan dengan
pandangan masyarakat tentang urgensi kyai dan praktiknya
sebagai wali dalam pernikahan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya yang terjadi di Bangkalan Madura.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan normatif, sosiologis, dan antropologis. Sedangkan
metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik.
Dalam metode pengumpulan data penyusun menggunakan
metode wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penitian ini adalah, pertama, mayoritas
pemahaman masyarakat Bangkalan terhadap mewakilkan wali
dalam akad nikah bukan didasarkan atas pengetahuan mereka
terhadap hal tersebut, melainkan pemahaman itu didasarkan pada
praktik wali yang telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat.
Jadi sebatas pemahaman masyarakat dibolehkannya praktik
mewakilkan wali dalam akad nikah, pengangkatan kyai sebagai
wali dalam akad nikah pada umumnya dipraktikkan oleh
masyarakat Bangkalan Madura, parawali nasab lebih memilih
menyerahkan hak dan wewenang walinya ke kyai ataupenghulu
dengan faktor tidak tidak bisa melafalkan sigat akad, tidak tahu
cara menikahkan,ta’z}imkepada kyai, karena adanya suatu kasus,
dan wali nasab jauh keberadaannya. Kedua, dilihat dari praktik
yang terjadi dilapangan, bahwa tradisi mengangkat kyai sebagai
wali dalam perkawinandi wilayah pedesaan dan penghulu pada
wilayah perkotaan, adalah sesuai dengan hukum yang berlaku,
baik dengan cara pandang hukum Islam maupun hukum positif
atau undang-undang tentang perkawinan di Indonesia, dengan
artian memposisikan kyai atau penghulu sebagai wakil wali
dalam pernikahan.Maka dengan demikian, pernikahan yang
selama ini terjadi di Bangkalan Madura dapat disimpulkan tidak
mengurangi dan membatalkan keabsahan suatu pernikahan.
date: 2018-11-21
date_type: published
pages: 177
institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
department: FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
thesis_type: masters
thesis_name: other
citation:   RUSMAN, S.H.I, NIM. 1620310090  (2018) URGENSI KIAI SEBAGAI WALI DALAM PERKAWINAN DI BANGKALAN MADURA.  Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.   
document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35423/1/1620310090_BAB-I_V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35423/2/1620310090_BAB-II_BAB-III_BAB-IV.pdf