@phdthesis{digilib35442, month = {December}, title = {POLITIK MIHNAH KHALQ AL-QUR?{\^A}N KHALIFAH AL-MA?M{\^U}N TAHUN 218-234 H/833-849 M}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 12120017 Achmad Nur Fatoni}, year = {2018}, note = {Prof. Dr. H. Machasin, M.A.}, keywords = {Kata kunci: al-Ma?mun, Mu?tazilah, Fuqah{\^a}, Muhaddits{\^i}n, Mihnah.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35442/}, abstract = {Mihnah Khalq al-Qur?{\^a}n merupakan pengujian yang disertai paksaan dan siksaan terhadap para pejabat negara, fuqah{\^a}, muhaddits{\^i}n dan tokoh-tokoh lain yang dilakukan oleh pemerintahan Abbasiyah masa khalifah al-Ma?m{\^u}n dan dua khalifah setelahnya terkait pandangan mereka mengenai kemakhlukan al-Qur?an. Kebanyakan sejarawan, sampai saat ini menganggap Mu?tazilah adalah otak di balik peristiwa mihnah tersebut. Oleh karena itu skripsi ini mengungkap kemungkinan lain dari peristiwa Mihnah Khlaq al-Qur?{\^a}n. Skripsi ini mengkaji tentang politik mihnah khalq al-Qur?{\^a}n, tujuan dari kajian skripsi ini meliputi tiga hal. Pertama, menjelaskan tujuan al-Ma?mun dalam tindakan mihnah, kedua,memaparkan peran Mu?tazilah dalam peristiwa mihnah, dan yang ketiga, memberikan alasan logis terkait sasaran dari mihnah yang kebanyakan dari kalangan fuqah{\^a} dan muhaddits{\^i}n. Penelitian ini merpakan penelitian kepustakaan (library research). Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan Sosiologi dengan menggunakan teori ?relasi kuasa? Michel Foucault sebagai pisau analisa masalah politik mihnah. Selain itu, penulis juga menyertakan analisa sejarah Islam, mengingat kajian dalam penulisan ini terkait dengan sejarah. Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan utama al-Ma?mun dalam tindakan Mihnah Khalq al-Qur?an adalah untuk melemahkan kekuatan politik pihak oposisi dari kalangan ulama ahli sunnah, karena mereka dianggap telah melakukan propaganda yang membahayakan legalitas kekuasaannya di tengah masyarakat. Aliran Mu?tazilah yang selama ini diduga kuat sebagai otak di balik peristiwa mihnah, ternyata jika dilihat dengan menggunakan perspektif relasi kuasa Michel Foucault bukanlah sebagai dalang intelektual yang sesungguhnya. Namun pada kenyataannya posisi Mu?tazilah tidak lebih sebagai salah satu alat dan perantara yang dimanfaatkan oleh negara untuk melegitimasi sekaligus melanggengkan kekuasaannya. kalangan fuqah{\^a} dan muhaddits{\^i}n menjadi pihak yang paling menderita selama mihnah dikarenakan secara tidak langsung mereka diduga telah menghidupkan kembali rasa simpati terhadap Umawiyy{\^i}n dengan menggunakan wacana keagamaan.} }