%A Alimatul Qibtiyah %J Maarif %T Perempuan dan Media dalam Aksi “Bela Islam” %X Banyak kalangan menyebut bahwa Aksi “Bela Islam” pada akhir 2016 adalah suatu kejadian yang fenomenal dan menarik perhatian, baik media maupun peneliti gerakan sosial keagamaan. Peran perempuan di Aksi “Bela Islam” (ABI) pada posisi logistik dan kebersihan, bukan sebagai top leader yang punya panggung. Hal ini ditegaskan dengan istilah ABI yang mengacu pada “ayah” dalam bahasa Arab. Porsi perempuan yang terlihat di denah lokasi di Monas lebih dari 1/3 (sepertiga) menunjukkan ada perhatian pada perempuan. Berdasarkan data baik berupa gambar, visual dan juga teks yang ada pada empat media cetak: Media Umat, Majalah Gontor, Suara Muhammadiyah dan juga SKH Kedaulatan Rakyat, menunjukkan bahwa Media Umat sangat gigih dan mendukung ABI dengan menggunakan bahasa yang mempunyai tingkat intensitas tinggi, seperti “Ahok Harus Tersangka” atau “Umat Wajib Marah”. Sementara Majalah Gontor lebih menekankan pada isu kepemimpinan bahwa pemimpin Muslim lebih baik. Suara Muhammadiyah lebih menekankan pada kekhawatiran terpecah belahnya umat Islam sehingga perlu ada seruan bersatu. ABI menurut Suara Muhammadiyah lebih disebabkan karena tersumbatnya aspirasi umat Islam dan juga ketidakadilan pada umat Islam. Terakhir SKH Kedaulatan Rakyat menunjukkan sikap netral pada ABI. Bahkan tidak ada rekomendasi yang jelas terkait dengan isu Aksi “Bela Islam”. %N 2 %K ABI, Perempuan, Media %P 168-232 %V 11 %D 2016 %I MAARIF Institute for Culture and Humanity %L digilib35831