@phdthesis{digilib36144, month = {February}, title = {HUMANISME DALAM AGAMA BUDDHA}, school = {UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM: 01520489 Ena A'yunin Nazhiroh}, year = {2006}, note = {Drs.H.Siragih Basuki, MA}, keywords = {HUMANISME, AGAMA BUDDHA}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36144/}, abstract = {Humanisme berasal dari bahasa latin 'humanus' yang berarti 'manusia', mengacu pada setiap pandangan yang menitikberatkan perhatian pada kesejahteraan manusia, setiap disiplin atau doktrin yang mengutamakan pembinaan cita-cita seperti: kasih sayang, kesetiaan, keramahan, pengabdian, kejujuran, dan setiap pandangan religius atau filosofis yang tidak bergantung pada unsur-unsur transenden, melainkan mengutamakan keadilan dan kesejahteraan sosial dalam setiap upaya mereka untuk mencapai manusia yang lebih baik di dunia. Humanisme mengakui dan meletakkan harkat manusia pada kedudukan yang tertinggi, dan menjadikan manusia sebagai ukuran terakhir dengan mengambil fitrah manusia dan kepentingan menusia sebagai perhatian pokoknya. Menurut humanisme manusia adalah pembuat dunianya sendiri berdasarkan kemampuannya sendiri. Antara agama dan humanisme terdapat hubungan yang sangat erat. Humanisme merupakan bagian pokok dari agama, di samping segi teologisnya. Penyusunan skripsi ini merupakan penelitian literatur (library research), data diambil dari buku-buku, ensiklopedi, kitab-kitab suci agama Buddha, serta tulisan-tulisan lainnya yang dianggap suci, selain itu juga dilakukan wawancara terhadap beberapa pemeluk agama Buddha. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio-filosofis, yang berarti suatu pendekatan yang mencoba untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik obyek formanya, dan bagaimana jika hal tersebut diterapkan pada gejala dan hubungan kemasyarakatan. Menurut agama Buddha, manusia terdiri atas unsur-unsur fisik (kebendaan) dan psikis (bathin, kejiwaan), yang kedua-duanya bersifat selalu berubah dan tidak kekal. Dalam agama Buddha nilai 'aku' tidaklah ditentukan oleh kebendaan atau segi kepercayaannya, melainkan oleh praktek hidupnya dalam menjalankan sila, samadhi, panna. Manusian memiliki kemauan bebas untuk berpikir, berbicara dan bertindak. Keluhuran manusia, maupun kerendahan manusia, tergantung pada ketiga unsur tersebut. Sang Buddha adalah seorang manusia yang hidup di dunia sebagai salah seorang terkemuka di bidang agama/filsafat. Sang Buddha memandang pengembaraan manusia di dunia secara tajam, dan melihat segala yang telah dicapainya sebagai hasil usahanya sendiri. Dalam hal ini kedudukan manusia adalah yang tertinggi, manusia adalah tuan bagi dirinya sendiri.} }