@phdthesis{digilib36193, month = {May}, title = {BUDAYA MULTIKULTURAL DI SD NEGERI CEBONGAN MLATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM: 15480002 Eko Suhadinata}, year = {2019}, note = {Dra. Hj. Asnafiyah, M. Pd.}, keywords = {Budaya multikultural, budaya akademik, dan budaya non akademik}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36193/}, abstract = {Eko Suhadinata, ?Budaya Multikultural di SD N Cebongan Mlati Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2019. Latar belakang penelitian ini bahwa SD Negeri Cebongan Mlati Sleman DIY merupakan salah satu sekolah dasar yang mempunyai warga mejemuk. Sebagai sekolah negeri, SD Negeri Cebongan Mlati Sleman DIY mempunyai siswa yang beragama non muslim terbanyak diantara SD yang ada di Mlati. Selain itu, mayoritas warga sekolah berasal dari golongan menengah keatas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar belakang SD Negeri Cebongan Mlati Sleman DIY. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian, analisis data bersifat induktif dengan menarik kesimpulan yang berangkat dari fakta-fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penanaman budaya multikultural di sd negeri cebongan mlati sleman DIY. Proses penanaman budaya di sekolah dipengaruhi oleh penanaman budaya multikultural, yakni budaya akademik dan budaya non akademik. Proses penanaman budaya akademik di sekolah meliputi: PUG (pengarusutamaan gender), peraturan akademik, acuan konseptual, pendidikan di kelas, pendidikan agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu). Sedangkan proses penanaman budaya non akademik di sekolah meliputi: tradisi pemotongan hewan qurban, pesantren kilat (Islam) dan relegius spiritual (Katolik), buka bersama di bulan ramadhan, syawalan, dan pembiasaan untuk berinfaq bagi setiap siswa yang ada di sekolah. Kata kunci: Budaya multikultural, budaya akademik, dan budaya non akademik} }