%A NIM: 99532989 MUNAWIR
%O Drs.H.A. Chaliq Muchtar, M.Si - M.Alfatih Suryadilaga, S.Ag.,M.Ag.
%T PROBLEMATIK SEPUTAR KODIFIKASI HADIS
(Studi Komparatif Antara Ahli al-Sunnah wa al-Jamaah dan Syi'ah)
%X Dalam sejarah perkembangan hadis, antara Ahl al-Sunnah wa al-jama'ah dan
Syi'ah mempunyai perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut tidak hanya pada
tradisi penyampaian hadis, bahkan kedua mazhah tersebut masing-masing memiliki
kumpulan hadis yang sama sekali berbeda satu dengan lainnya. Dalam hal ini, Ahl al-Sunnah
wa al-jama'ah identik dengan tradisi lisan. sedangkan Syi'ah, selalu mengklaim
bahwa mereka adalah pelopor tradisi tertulis dalam hadis sejak awal .
Adanya beberapa hadis yang melarang punulisan hadis di samping hadis-hadis
yang membolehkan penulisannya, sedikit banyak telah berpengaruh pada proses transformasi hadis dan kodifikasinya. Ahl al-sunnah wa al-Jamaah, sebagai mazhab
yang diikuti oleh mayoritas umat islam, pada kenyataannya lebih dominan tradisi
hafalannya daripada trndisi tertulisnya, sehingga mengalami ketertundaan dalam
kodifikasi hadis. memang penggunaan hafalan dalam periwayatan, pada satu sisi
memberi keuntungan, karena hadis Nabi SAW benar-benar terjaga pada orang-orang
yang memiliki kemampuan menghafal yang kuat. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa
di sisi lain, juga memiliki dampak merugikan, yang antara lain berupa tengarai adanya
hadis-hadis yang hilang karena keterbatasan akal manusia ataupun keraguan akan
orisinalitas dan otentitas hadis Nabi SAW. Dari sini, menjadi jelas bahwa kodifikasi
hadis di kalangan Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah bertujuan untuk menjaga kerusakan
(hilang), ketidakmurnian , dan ketidakasliannya.
Adapun Syi'ah dengan konsep kepemimpinan eksklusif golongan ini hunya
menerima hadis yang diriwayatkan oleh para imam yang ma'sum, yang kehadiranya
tetap terjaga hingga pertengahan abad ke-3 H/ 9M. ParA Imam tersebut memiliki tulisan dan buku-buku yang mereka warisi dari para leluhur mereka. Dari sini
mereka beranggapan bahwa hadis mereka tidak mengalami ke lemahan berkaitan dengan
penundaan kodifikasi hadis. Karenanya, kodifikasi hadis yang mereka lakukan lebih
sebagai penjagaan terhadap tradisi menulis hadis secara turun-temurun.
Sebagai usaha sungguh-sungguh terhadap pemeliharaan hadis, pandangan
dengan kaca mata jernih terhadap setiap proses yang dilakukan keduanya layak
dipersembahkan. tradisi tulisan tidak identik dengan penjagaan, demikian pula tradisi
hafalan tidak berarti pengabaian. Dari keduanya, telah lahir kitab hadis utama yang
menjadi rujukan pertama bagi masing-masin mazhab sampai saat ini. Karenanya.
skripsi ini tidak untuk mengunggulkan satu dari yang lainnya, melainkan hanya sebagai
deep-exploration (kajian mendalam) terhadap proses kodifikasi hadis dari dua mazhab
besar dalam Islam tersebut, berikul segi perbedaan dan implikasinya.
%K KODIFIKASI HADIS, Ahli al-Sunnah wa al-Jamaah,Syi'ah
%D 2004
%I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
%L digilib36279