%A NIM. 02520910 MEDINA ANGGIA S. %O Prof. Dr. H. Djam'annuri, MA %T PRIVATISASI AGAMA DALAM MASYARAKAT MODERN (STUDI TERHADAP PERGESERAN BUDAYA DI KELURAHAN WARUNGBOTO, UMBUL HARJO YOGYAKARTA) %X Kehidupan manusia dalam sebuah komunitas yang disebut sebagai masyarakat merupakan problema yang sangat kompleks. Fenomena sosial yang terjadi seringkali mengacu pada adanya indikasi-indikasi yang rentan sekali melahirkan perbedaan dan bahkan perselisihan dalam hal persepsi dan interpretasi, Hal ini disebabkan persoalan kemanusiaan yang sangat erat hubungannya dengan perubahan dan perkembangan sosial. Perubahan yang radikal dan mendalam seringkali dikaitkan dengan terma modernisasi kehidupan sosial yang diiringi dengan pertumbuhan dan peningkatan aktivitas sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Umbul Harjo Yogyakarta. Dalam hal ini, modernisasi sebagai salah satu faktor penyebab teijadinya privatisasi keagamaan yang terjadi di dalam masyarakat, telah menyebarkan virus yang menimbulkan perubahanperubahan mendasar pada segala dimensi kehidupan. Awalnya masyarakat Warung Boto merupakan tipikal masyarakat jawa yang kental dengan nuansa Islam. Namun seiring dengan bergulirnya waktu dan perkembangan zaman, perubahan tidak hanya terjadi pada konstruksi fisik semata yang notebenenya identik sebagai icon kapitalisme. Dalam perkembangannya, transformasi yang terjadi pada masyarakat meluas pada wilayahwilayah yang sangat fundamental yaitu aspek moral dan agama. Untuk membedah masalah ini, penulis menguraikannya dengan menggunakan teori Aksi, teori Interaksionis Simbolik dan teori Fenomenologi. Pembahasan masalah privatisasi keagamaan tidak hanya sekedar mencenninkan suatu evaluasi sejarah biasa, akan tetapi merupakan dekonstruksi terhadap babak baru dalam sejarah berikutnya. Dalam kasus masyarakat Warung Boto, privatasasi agama penulis telaah; dengan menggunakan tiga faktor, yaitu: faktor budaya, faktor psikologis dan faktor konflik sebagai pisau analisis untuk melihat sejauhmana pergeseran-pergeseran dan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Pada faktor budaya, perubahan dapat ditinjau dari akulturasi budaya masyarakat jawa dengan budaya asing yang plural dalam mainstream urbanisasi, baik atas motif ekonomi ataupun edukasi. Adapun faktor psikologis, ekses modernisasi terlihat jelas dari perubahan pola sikap, sistem-sistem keprcayaan dan sifatsifat kcpribadian. Sedangkan pada faktor konflik dapat ditelaah dari munculnya ketegangan-ketegangan yang terjadi di dalam masyarakat sebagai implikasi logis dari privatisasi agama tersebut. Modernisasi sebagai gerakan budaya telah melahirkan perbedaan yang mcruntuhkan totalitas kesatuan nilai dan kepercayaan. Modernisasi yang ditandai oleh perbedaan-perbedaab dalam kehidupan telah mendorong pembentukan definisi baru tentang berbagai hal dan memunculkan praktek. kehidupan yang beraneka ragam. Cara orang mempraktekkan agama pun berbeda-beda. Bukan hanya agama mengalami kontekstualisasi sehingga agama melekat di dalam masyarakat, namun juga karena budaya yang mengkontekstualisasikan agama tersebut merupakan budaya modem dengan tata nilai yang berbeda. Konsep tersebut akan liebih kentara hila dikaitkan dengan teori modernisasinya Niel J. Smelser dalam konsep diferensasi strukturalnya. Dalam konsep tcrscbut tampak hilang fungsi agama dalam kehidupan modern. Agama kemudian hanya menjadi sandaran kehidupan kerohanian (spiritual) yang cakupannya begitu sempit dan hanya menyentuh pada kehidupan privat seseorang. Fenomena ini semakin diperparah dengan munculnya sekularisasi kultural yang mencabut fungsi historis agama. Agama mengalami privat sehingga hanya dipandang sebagai persoalan pribadi, bukan lagi sebagai persoalan sosial kemasyarakatan. Dalam tatanan demikian, agama akan menghadapi tantangan berat ketika haru menjadi sumber kesadaran makna dalam percaturan epistemologi peradaban modern. Sementara kehidupan modem menunjukkan keadaan yang sebaliknya. %K privatisasi agama, masyarakat modern, pergeseran budaya, kelurahan warungboto %D 2007 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib36301