TY - THES N1 - 1. Muh. Soehada, S.Sos, M.Hum 2. Ustadi Hamzah S.Ag ID - digilib36308 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36308/ A1 - ANTON BUDI PRASETYO, NIM: 01540801 Y1 - 2007/07/20/ N2 - Dalam tradisi Islam di Jawa, praktek ziarah berkembang sedemikian pesat. mereka biasanya melaksanakan ziarah pada waktu-waktu tertentu, yangmana dianggap memiliki makna penting dalam kehidupan keagamaannya. Seperti kalenderikal hari-hari besar Islam, yaitu saat menjelang dan sesudah bulan Ramadlanm hari Raya Idul Fitri, bulan Maulid, dan bulan Muharram. Kompleks keramat Paseban di Bayat Klaten dikenal sebagai salah satu pusat kegiatan ziarah di Jawa Tengah, setelah Demak dan Kudus daya terik utarnanya adalah makam Sunan Tembayat, seorang wali yang terkenal dan tokoh kharismatik penyebar agama Islam di Jawa pedalaman bagian Selatan pada abad XIV-XV. Ritual kegamaan yang melibatkan puluhan ribu orang pada setiap harihari besar Islam itu telah menjadikan situs makam Sunan Tembayat sebagai obyek wisata potensial yang secara ekonomis berkontribusi besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat. Guna memahami ziarah sebagai suatu fenomena sosial keagamaan, maka penulis dalam hal ini berusaha mengungkap tentang praktek ziarah di makam sunan Tembayat, dengan cara merumuskan sejumlah pertanyaan, yaitu: tentang pemahaman para peziarah terhadap sosok Sunan Tembayat dan tipologi para peziarah di makam Sunan Tembayat. Untuk itu dilakukan penelusuran melalui observasi di lapangan, wawancara dengan para informan (yaitu: peziarah, juru kunci/BPH, dan masyarakat lokal), serta pengumpulan data-data terkait, seperti: monografi, peta, kliping, dan hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa praktek ziarah di makam Sunan Tembayat didasarkan oleh figur Sunan Tembayat yang kharismatik. Kharisma ini setidaknya bisa dilihat dari konteks kontruksi sosial para peziarah, dimana keragaman tipologis melahirkan perbedaan pemaham dan praktek ziarah diantara mereka. Misalnya, perbedaan penggunaan istilah oleh kelompok NU dengan kelompok Abangan yang juga menentukan perbedaan pula dalam bentuk-bentuk ritual yang dilakukannya. Kesinambungan tradisi penghormatan wali di makam Sunan Tembayat, didasarkan pada keyakinan dan pandangan kalangan peziarah yang menetapkan, bahwa Sunan Tembayat adalah wali atau orang suci yang memiliki karamah, pejuang agama Islam, danpepundhen desa. Faktor inilah yang menjadi daya tarik spiritual di kalangan peziarah sumber-sumber barakah di tempat keramat itu. Implikasi positif dari fenomena tradisi ziarah di desa Paseban adalah adanya solidaritas sosial di kalangan para peziarah. Hal ini dapat dilihat dari adanya harmonisasi dan toleransi sosial keagamaan pada saat upacara-upacara sakral di kompleks makam Sunan Tembayat, seperti: sadranan Agung, Khaul, malam 1 Sura dan sebagainya. Selain itu, apresiasi kultural di kalangan para peziarah dan masyarakat pendukung kebudayaan tersebut adalah wujud aktualisasi terhadap kearifan lokal tradisi Tembayatan warisan Sunan Tembayat. PB - UIN Sunan Kalijaga KW - Ziarah makam KW - wali KW - tradisi KW - Sunan Tembayat KW - Klaten KW - Paseban M1 - skripsi TI - TRADISI PENGHORMATAN WALl DI JAWA (Studi Kasus Tentang Tradisi Ziarah Di Makam Sunan Tembayat, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah) AV - restricted EP - 193 ER -