TY - THES N1 - Drs. H. M. Fahmi Muqaddas, M. Hum, ID - digilib36361 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36361/ A1 - Darus Riadi, NIM. 02510959 Y1 - 2006/12/11/ N2 - Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial dan mahluk individu. Sebagai mahluk individu ia merupakan realitas 'diri' yang dimiliki pribadi, tidak satupun 'diri' seseorang bisa dimiliki oleh orang lain. Ia juga mahluk sosial karena manusia terlahir di tengah-tengah masyarakat. Dengan kemajuan yang di peroleh lewat akalnya, membawa manusia pada taraf kehilangan jati diri dan semakin jauh dari hakikat Ilahi. Ia kehilangan kendali dan lepas dari pada 'jalan' yang secara kodrati merupakan 'jalan' yang tercipta bagi manusia. Problematika yang ingin dijawab manusia adalah tentangjati diri, hakikat, kodrat dan sifat-sifat manusia yang berbeda dengan mahluk lain, hubungannya antara jiwa dan raga, serta kebebasannya di tengah-tengah arus modernitas yang membawa pada hilangnya kesempurnaan dalam dirinya. Pemikiran tokoh yang membicarakan tentang konsep kesempurnaan manusia adalah Confucius dan Muhammad Iqbal. Dengan menggunakan pendekatan filsafat manusia (aksiologi) terutama mengenai nilai-nilai etika dan moralitas, tulisan ini dengan metodologi deskriptif komparatif mencoba menjawab beberapa pennasalahan. Pertama, tentang konsep manusia dalam ajaran Confucius dan Muhammad Iqbal, terutama tentang korisep manusia sempurna, sehingga diharapkan kita mengetahui konsep manusia sempurna dalam pandangan kedua tokoh tersebut. Kedua mencoba menguraikan persamaan dan perbedaan pandangan tokoh tersebut diatas. Melalui beberapa karyanya Confucius berusaha membawa manusia kedalam kesempurnaan jiwanya melalui beberapa ajarannya. Ia mengkategorikan etika individu dan etika sosial. Di mana etika individu terdiri dari: Yi (kelayakan), Li (sopan santun), Chi (kebijaksanaan), Tao (jalan). Sedangkan etika sosial terdiri dari: Jen (prikemanusiaan), Hsiao (bakti anak pada Ayah dan Ibu), Cheng Ming (pembenaran nama-nama), dan Wu Lun (lima hubungan kemanusiaan). Ia berpendapat bahwa manusia akan mencampaian kesempurnaan dengan merealisasikan ajarannya itu. Sedang Muhammad Iqbal menggagas konsep manusia sempurna yang dilandasi dengan konsep ego (Khudi). Menurutnya khudi dapat diperkuat kedudukannya dengan: cinta (isyq), faqr, keberanian, toleransi, kasb-i halal dan kreatifitas dan orsinilitas kerja. Tetapi khudi juga akan lemah dengan: takut (khau.fJ, minta-minta (sua!), perbudakan dan sombong. Menurut Iqbal dengan memposisikan khudi sekuat mungkin ia akan menjadi khalifatullah fil ardhi (co-creator Tuhan di bumi). Dengan konsep tersebut manusia diharapkan akan menjadi manusia sejati, yang memiliki keunggulan, kesempurnaan dan kecerdasan dalam diri pribadi dan sosialnya. Dalam pandangan Confucius di istilahkan dengan Chun Tzu, manusia sempurna yang memiliki kesempurnaan moral dan etika. Sedang dalam pandangan Muhammad Iqbal diistilahkan dengan lnsan Kamil. Sifat Jnsan Kamil tercennin dalam khalifatullah fil ardhi (insan penaka Tuhan), yang sebelumnya terbentuk dan telah menempuh tiga tingkatan, yaitu patuhnya ego pada hukum dan kesadaran diri (self control). PB - UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - KONSEP MANUSIA KW - CONFUCIUS DAN MUHAMMAD IQBAL M1 - skripsi TI - KONSEP MANUSIA SEMPURNA DALAM PANDANGAN CONFUCIUS DAN MUHAMMAD IQBAL AV - restricted EP - 156 ER -