%0 Thesis %9 Skripsi %A UPIGUFIROH, NIM .99 52 3034 %B FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2006 %F digilib:36429 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K WIWITAN, religi Sunda %P 151 %T PANDANGAN AGAMA SUNDA WIWITAN MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP (STUDI ATAS LITERATURBUDAYA KANEKES DAN RELIGI SUNDA WIWITAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36429/ %X Dewasa ini, manusia dipanikkan oleh berbagai bencana alam yang tidak ada henti-hentinya. Fenomena ini seakan mengingatkan manusia untuk memikir ulang etika peradaban yang selama ini dianut oleh masyarakat global. Pandangan antroposentri sme global yang menganggap alam sebargai entitas lain dan tidak menyatu dengan manusia membuat manusia moderen mulai menyadari bahwa sumber pokok dari malapetaka lingkungan terletak pada nilai, persepsi, sikap dan pandangan-dunia dasar yang manusia pegang. Pandangan­ dunia dan sikap-sikap yang terkait dengan nilai-nilai zaman industrial telah meresap dan mendorong manusia untuk melakukan penerapan teknologi yang eksploitatif dan merusak. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis ingin mengungkapkan pandangan agama Sunda Wiwitan mengenai lingkungan hidup menurut Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda. Penelitian Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda mengenai permasalahan diatas menjadi inti penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini data yang disajikan merupakan basil penelitian yang dilakukan oleh Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda yang terangkum dalam buku "Kehidupan Masyarakat Kanekes" yang diperoleh dengan menganalisis dan mengklasifikasi basil penelitian tersebut dan juga membandingkannya dengan basil penelitian-penelitian yang lain. Dari sini ada dua persoalan yang muncul yaitu mengenai agama Sunda Wiwitan yang dianut oleh masyarakat Kanekt s. Kemudian yang kedua adalah bagaimanakah pandangan agama Sunda Wiwiwtan tersebut mengenai lingkungan hidup. Agama Sunda Wiwitan merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Kanekt s. Yaitu kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yakni Sang Hiyang Keresa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Nu Ngaresakeun, Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas). Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes. lsi terpenting dari pikukuh (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apapun" atau perubahan sesedikit mungkin. Terkait dengan pikukuh ini masyarakat Kanekes memiliki sikap ekosentrisme. Mereka memperlakukan alam sebagai bagian integral dari proses kehidupan mereka yang harus dipelihara secara baik, memperlakukan alam sebagai sahabat karib, dimana batas antara lingkungan dan manusia ditiadakan. Penjagaan terhadap alam secara tulus merupakan tugas hidup yang harus dilakukan oleh setiap insan Kanekes, sesuai dengan setatus kesuciannya. Masyarakat Tangtu, sebagai masyarakat yang dipandang memiliki tingkat kesucian yang paling tinggi memiliki tugas hidup yang lebih berat, karena mereka harus menjaga tanah-tanah suci dari perubahan yang diakibatkan ulah kesewanangan manusia. Cara hidup yang selalu diatur dan dibatasi dengan berbagai buyut, membuat sikap teu wasa (tidak kuasa) dalam memperlakukan alam secara sewenang-wenang. %Z Drs. H. Subagyo M.Ag