@phdthesis{digilib3696, month = {February}, title = {BASRA DAN RENCANA INDUSTRIALISASI DI MADURA (KAJIAN HISTORIS PERAN POLITIK KIAI 1991-1997)}, school = {UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, author = { UMAR FARUQ - NIM. 04121751}, year = {2010}, note = {Pembimbing: Drs. H.Maman A Malik Sy., MS}, keywords = {Badan Silaturrahmi Ulama Madura, industrialisasi Madura}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3696/}, abstract = {Ulama yang tergabung dalam BASRA (Badan Silaturrahmi Ulama Madura) tentu saja mengucapkan quot;Ahlan wa Sahlan quot; dikala Jembatan Suramadu diresmikan pada 10 Juni 2009 lalu dan proses industrialisasi bermanfaat bagi warga Madura di masa depan. Mengingat betapa vital dan urgennya proyek ini bagi pembangunan ekonomi Indonesia, mudah dipahami bila Jembatan Suramadu yang menelan biaya Rp 4,5 trilyun sangat didambakan kehadirannya oleh banyak pihak, khususnya warga Madura. Namun, dinamika perjalanan politik BASRA dalam menyikapi Jembatan Suramdu dan arus industrialisasi di Madura cukup kritis. BASRA menilai bahwa industrialisasi dikhawatirkan akan merusak nilai sosio-kultural yang selama ini menjaga harmoni masyarakat Madura, yang juga akan disulap menjadi sebuah kawasan indutri dengan berbagai aneka ragam fasilitasnya. Dengan demikian, sebagian besar ulama Madura amp;\#8212;pada awalnya amp;\#8212;khususnya yang tergabung dalam BASRA dengan tegas menolak atas dasar pertimbangan bahwa secara kultur, budaya, sumber daya manusia (SDM), dan mental masyarakat Madura belum siap menghadapi arus industrialisasi, sehingga mengakibatkan orang Madura tak memiliki apa-apa, kecuali kemampuan untuk menjadi hamba bagi industrialisasi itu sendiri. Warga Madura tak ingin mengalami nasib seperti sebagian (saudara kita) orang Betawi yang terpinggirkan di tanah warisan nenek moyangnya. Kalaupun ada yang tertinggal, hanya merupakan suaka budaya yang hanya pantas disajikan untuk turis. Itu artinya, kiamatnya budaya dan nilai-nilai agama Islam Madura sangatlah tergantung pada daya tahan orang Madura itu sendiri. Dari pemaparan ini, bisa disimak adanya tanda-tanda, Madura sedang berproses dalam perubahan, dan budaya serta nilai-nilai agama Madura sedang berada di persimpangan jalan. Barangkali, dibutuhkan upaya-upaya yang lebih mengarah dan ilmiah agar tak menggelinding seenaknya. Oleh karena itu, berangkat dari permasalahan tersebut, penulis dalam skripsi ini merasa perlu untuk mencoba melihat lebih jauh seputar dinamika politik BASRA dalam perspektif sejarah. Hal ini dimaksudkan dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran dalam membangun kehidupan warga Madura yang lebih dinamis, demokratis dan berwawasan ke-Maduraan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan data-data yang diperlukan berdasarkan pada literatur-literatur primer dan skunder. Serta studi lapangan (field research), dengan menggunakan tekhnik dokumentasi, wawancara, dan observasi berupa pengamatan secara langsung terhadap para aktivis BASRA itu sendiri. Sementara literatur primer berupa karya-karya yang terkait dengan BASRA dan Madura baik dalam bentuk buku, jurnal, maupun artikel, dan sumber pendukung berupa buku buku, literatur, dokumen, majalah dan sumber kepustakaan lainnya yang ditulis oleh para pemerhati Madura khususnya yang terkait dengan permasalahan. Sementara sifat penelitian ini adalah berupa deskriptifanalitis, yakni berusaha mencari pemecahan melalui analisa yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kiprah BASRA cukup mencuat dan begitu mewarnai pencaturan pemikiran di Madura terutama dalam menyikapi Jembatan Suramadu dan industrialisasi Madura. Artinya, BASRA labih menekankan pada upaya quot;Membangun Madura, bukan Membangun di Madura quot; yang lebih sejahtera, agamis dan berwawasan keadilan. erdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis merekomendasikan bahwa kehadiran BARSA sebagai pengawal dan penjaga kultur di tengah-tengah warga Madura cukup efektif demi tegaknya nilai-nilai sosio-kultural dan agama meskipun Madura disulap menjadi kawasan industri dan menuju kota metropolis. } }