%0 Thesis %9 Masters %A Peppy Angraini, S.Hum., NIM: 17200010047 %B PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2019 %F digilib:37062 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K kekerasan seksual, perempuan, „Ianfu‟, Perempuan 65, politik seksual. %P 140 %T DIRI YANG MENGALAMI DALAM LUKISAN DEWI CANDRANINGRUM: KAJIAN FEMINISME DALAM SENI RUPA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37062/ %X Kekerasan secara seksual terhadap perempuan di Indonesia secara massif terjadi pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada tahun 1941-1945. Perempuan dengan usia muda diculik, diperkosa dan dipekerjakan secara paksa di kamp-kamp militer tentara Jepang sebagai pelayan seksual atau „Ianfu‟. Setidaknya satu orang „Ianfu‟ akan melayani 30-40 orang tentara dalam sehari, hal ini menyebabkan banyak dari „Ianfu‟ yang menderita penyakit, rahim rusak dan bahkan meninggal dunia. Pecahnya 1 Oktober perempuan (Gerwani) dituduh menjadi aktor utama pembunuhan para Jenderal dan menyayat kemaluan, mencongkel mata Jenderal-jenderal tersebut. Ada banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengungkap kebenaran dan hak-hak hidup perempuan „Ianfu‟ dan Gerwani atau 65, salah satunya adalah Dewi Candraningrum. Melalui lukisannya, ia ingin menyuarakan korban kekerasan seksual yang terjadi pada PD II dan 1965/66. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa yang ingin disampaikan pelukis dan bagaimana representasi lukisan Dewi tersebut. Penelitian ini menggunakan teori politik seksual yang kemudian digabungkan dengan poststruktural dan juga teori patriarki untuk melihat makna lukisan Dewi Candraningrum. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan pertanyaan terbuka tanpa terstruktur. Selanjutnya penelitian ini terdiri dari lima langkah, yakni; memilah dan menyusun data, mengelompokkan, mengkoding data sesuai kategori, mendeskripisan kategori, kemudian menginterpretasikan data baik berupa gambar dan hasil wawancara. Hasil penelitian ini meliputi; lukisan Dewi Candraningrum baik „Ianfu‟ maupun perempuan 65 merupakan dokumentasi, dan merupakan upaya untuk menyuarakan perlawanan kekerasan seksual terhadap perempuan. Lukisan-lukisan yang dilukis oleh Dewi Candraningrum tidak lepas dari pengalaman pribadi pelukis sendiri. Lukisan ini juga merupakan salah satu cara mengadvokasi para penyintas korban kekerasan seksual, baik kekerasan tentara Jepang maupun kekerasan 1965/66, seperti menginformasikan kepada pemerintah apa-apa yang kemudian dibutuhkan penyintas. Selanjutnya, dalam melukis penyintas ini Dewi Candraningrum menggunakan warna cerah. Baginya ini penting untuk menggambarkan semangat para penyintas meskipun hidup dalam kesulitan, ia lebih menekankan pada garis wajah lukisannya, bagaimana para penyintas hidup dalam label-label yang dilekatkan kepada mereka. %Z Dr. Phil. Dewi Candraningrum