TY - THES N1 - Dr. Munirul Ikhwan, Lc., MA ID - digilib37134 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37134/ A1 - Nafisatul Mu?awwanah, NIM. 17200010140 Y1 - 2019/08/23/ N2 - Terdapat hubungan fundamental antara wahyu dan konteks yang meliputinya. Hubungan ini telah ada sejak masa pewahyuan, dan terus berlanjut melalui praktek dari komunitas-komunitas interpretatif. Di era pewahyuan, seringkali al-Qur?an diturunkan dengan latar belakang sosio-historis tertentu. Begitupun di era interpretatif, berbagai pemahaman atas wahyu muncul dan berubah dengan latar belakang sosial-politik tertentu. Pemaknaan kata k?fir, yang merupakan salah satu istilah paling penting dalam al-Qur?an, juga muncul dan berubah dipengaruhi oleh latar belakang sosial-politik tertentu. Untuk mengetahui kemunculan dan perubahan makna k?fir dalam al-Qur?an, menurut Izutsu, terlebih dahulu harus bertolak dari era j?hiliyyah, karena struktur makna dalam bahasa Arab mulai dibangun dasar-dasarnya pada era itu. Tahap ini oleh Izutsu, disebut sebagai masa pra Qur?anik. Istilah kunci pada masa itu, selanjutnya oleh al-Qur?an digunakan secara bersama-sama ke dalam suatu kerangka konseptual baru, yang oleh Izutsu tahap ini disebut sebagai masa Qur?anik. Selanjutnya, banyaknya kegiatan penafsiran yang muncul di kalangan umat Islam, menyebabkan berbagai pemahaman baru bermunculan, atau dalam bahasa Izutsu tahap ini disebut sebagai masa pasca Qur?anik. Kemunculan dan perubahan makna dari masa ke masa tersebut dipengaruhi oleh latar belakang sosial-politik yang bervariasi, atau dalam bahasa Foucault adalah terdapat genealogi kekuasaan. Bagaimana perubahan makna k?fir dari masa ke masa, serta latar belakang sosial-politik yang mempengaruhi perubahan inilah yang dicari dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian, k?fir yang memilki makna dasar menutupi, dalam konteks individualistik dan tingginya semangat kesukuan masyarakat Arab pra Islam, dimaknai sebagai orang yang tidak berterimakasih. Ketika Islam datang, k?fir mengalami perubahan makna dari orang yang tidak berterimakasih menjadi; 1) Orang yang tidak bersyukur, dalam konteks risalah Nabi tentang ke-rub?biyyah-an Tuhan dan keadilan hari akhir, 2) Para penyembah berhala, dalam konteks ajaran Nabi tentang ketauhidan, 3) Vis a vis dengan mu?min, dalam konteks umat yang mengalami intimidasi untuk tidak beriman kepada ajaran Nabi, 4) Orang-orang dengan perilaku munafik dan berkhianat, baik dari kalangan Ahl Kit?b maupun kalangan umat Islam, dalam konteks penghianatan mereka atas perjanjian yang dibuat bersama Nabi. Pada masa pasca Qur?anikawal, perubahan makna k?fir paling tidak dapat dilihat melalui tiga sekte keagamaan yang muncul di masa itu; 1) Ahl Sunnah yang terdiri; ulama hadis, karena sikap diamnya terhadap pemerintah, memaknai kata k?fir dengan pemaknaan yang apolitis. Selain itu ulama fiqih, karena keterlibatannya dalam pemerintah, memunculkan makna baru dari kata k?fir, seperti ahl ?immah yang merupakan warga negara kelas dua dalam sistem pemerintahan Islam. 2) Khawarij, yang merupakan oposisi dari pemerintah, memaknai k?fir sebagai pelaku dosa besar, termasuk juga pemangku dan pendukung pemerintahan, karena sebelumnya terlibat dalam tahk?m, dan juga mereka yang berada di luar sekte Khawarij. 3) Bagi sekte Syi?ah yang bersikap diam terhadap pemerintah, memaknai k?fir dengan pemaknaan apolitis, sedang Syi?ah yang berperan sebagai oposisi, memaknai k?fir sebagai orang yang tidak membaiat Ali dan keturunannya, serta perebut kekuasaan dari mereka. Perubahan makna k?fir semakin terlihat ketika dunia Islam memasuki konteks baru, yaitu konteks nation-state. Dalam konteks nation-state, ditemukan perubahan makna dari kata k?fir dalam kaitannya dengan status non-Muslim. Prinsip dari nation-state adalah kemerdekaan, persatuan, dan persamaan, sehingga penyebutan k?fir terhadap salah satu sekte dalam warga negara, termasuk non-Muslim adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip nation-state. PB - UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Wahyu dan kontek M1 - masters TI - GENEALOGI MAKNA SEMANTIK K?FIR: STUDI ATAS INTERPRETASI KATA K?FIR DALAM AL-QUR?AN AV - restricted EP - 192 ER -