%0 Thesis %9 Skripsi %A SYAMSUL ARIFIN, NIM 15240070 %B Fakultas Dakwah dan Komunikasi %D 2019 %F digilib:37525 %I UIN Sunan Kalijaga %K Budaya Organisasi, Pondok Pesanteren, Waria %P 117 %T BUDAYA ORGANISASI PONDOK PESANTREN WARIA AL FATAH JAGALAN, BANGUNTAPAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37525/ %X ABSRTRAK Syamsul Arifin (15240070), Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tentang Budaya Organisasi Pondok Pesantren Waria Al Fatah Jagalan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian kali ini fokus kajiannya pada Pondok Waria Pesantren Al Fatah merupakan pondok yang santrinya di khususkan untuk waria (transgender) yang ingin mempelajari agama (Islam), waria yang tinggal atau mondok di pondok pesantren Al Fatah mempunyai latar belakang yang berbeda-beda mulai dari pengamen, pegawai salon , pekerja seks, hingga pekerja di LSM. Secara sosiologis, masyarakat cenderung menganggap kehadiran waria ditengah-tengah mereka adalah sebagai penyakit atau patologi sosial. Anggapan itu muncul karena mereka (masyarakat) menggangap orientasi waria tersebut menyimpang dari heteronormatif atau peran seksual yang masyarakat konstruk, yakni hanya ada pria dan wanita. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pembina, ketua, dan santri Pondok Pesantren Waria Al Fatah. Objek penelitian ini adalah budaya organisasi. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, baik dari data wawancara, pengamatan lapangan kemudian ditarik kesimpulan. Metode dalam memperoleh keabsahan data, peneliti menggunakan metode Tringulasi Sumber, Tringulasi Teknik dan Tringulasi Waktu. Hasil penelitian menunjukkan budaya organisasi yang dibangun pondok pesantren tersebut bertujuan untuk membangun asumsi yang sama antar anggota pondok waria tersebut untuk menghapuskan persepsi warga masyarakat bahwa waria merupakan patologi masyarakat. Usaha dalam menghapuskan anggapan tersebut melalui usaha membuka catering pesanan makanan, mengadakan kegiatan-kegiatan didalam pondok tersebut yang bernuansa keagamaan. Anggapan masyarakat juga terbantahkan terbukti dengan terdapat satu anggota pondok tersebut yang menjadi Pengawai Negeri Sipil (PNS), dan beberapa kali diundang dibeberapa kampus untuk mengisi acara seminar atau mata kuliah tentang gender untuk menghapuskan persepsi negative tentang waria. Eksistensi pondok pesantren tersebut dilindungi oleh Lembaga Badan Hukum (LBH), sehingga pesantren tersebut tetap bertahan hingga sekarang. Karena beberapa kegiatan dalam pondok tersebut bernilai posistif. Kata Kunci : Budaya Organisasi, Pondok Pesanteren, Waria %Z Early Maghfiroh Innayati, S.Ag. M.SI.