@phdthesis{digilib38025, month = {June}, title = {RELASI KUASA-PENGETAHUAN PEMIKIRAN HADIS AL-GAZZALI}, school = {UIN Sunan Kalijaga}, author = {NIM. 1530016025 Alma?arif}, year = {2019}, note = {Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah, Dr. H. Muh. Alfatih Suryadilaga, M.Ag.}, keywords = {Otoritas, Kekuasaan, Rezim Kebenaran, Diskursus, Qari{\ensuremath{>}}nah, D\}aru{\ensuremath{>}}ri{\ensuremath{>}}.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38025/}, abstract = {Pemikiran al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} dari berbagai macam bidang keilmuan telah diteliti secara intens dan mendalam oleh para peneliti, kecuali pemikirannya dalam bidang hadis yang belum diteliti secara detail dan mendalam; apalagi pemikiran hadisnya dikaitkan dan dianalisis dengan relasi kuasa-pengetahuan untuk membongkar perselingkuhan pemikiran hadisnya dengan kekuasaan. Sedikit perhatian para peneliti terhadap pemikiran hadis al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} karena masih banyak yang percaya dengan anggapan beberapa ulama yang menyatakan bahwa al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} lemah dalam ilmu periwayatan (hadis). Maka, penelitian ini dilakukan untuk membantah anggapan bahwa al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} lemah dalam ilmu hadis dengan cara meneliti konsep teoritis ilmu hadis al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} kemudian dibongkar dengan relasi kuasapengetahuan. Ada dua teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sejarah intelektual dan teori relasi kuasa-pengetahuan Foucault. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah, pendekatan sosiologi dan pendekatan filsafat. Adapun metode sebagai teknik dan prosedur penelitian yang diaplikasikan adalah metode dinamis, interaktif dan intertekstual. Metode dinamis dengan cara menempatkan kondisi-kondisi sinkronik dalam sebuah konteks yang diakronis; metode interaktif dengan cara mengungkap gerak perkembangan intelektual seseorang atau kelompok sebagai akibat dari pergulatan dinamis antara masa lalu dan masa kini, antar dan di dalam beragam tradisi politik dan intelektual, serta antara beragam arena relasi-kuasa; dan metode intertekstual dengan cara menginterpretasikan teks-teks yang ada, mengeksplorasi dan menafsirkan ujaran-ujaran intelektual yang diteliti untuk menemukan signifikansi-signifikansi dari relasi-relasi antarteks dan ujaran-ujaran yang ada. Penelitian ini memperoleh temuan bahwa proses terbentuknya intelektual al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} menjadi seorang ensiklopedis terkait dengan patron yang kompleks baik eksternal berupa kontestasi dan pertarungan kekuasaan (sosial-politik) dan agama (kontestasi teologi) maupun internal yang berasal dari dalam diri xiii al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} sendiri. Konsep teoritis ilmu hadis al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} lebih banyak menggunakan pendekatan dan metode jika dibandingkan dengan ilmu hadis ulama hadis, namun tetap saja al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} masih terkungkung dalam epistem sebagaimana ulama Sunni{\ensuremath{>}} yang lain pada waktu itu. Penampakan diri al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} sebagai intelektual yang unggul setelah melalui proses yang panjang memunculkan otoritas dan kekuasaan ketika ia masih hidup dan masih terus berlangsung setelah kewafatannya. Al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} sebagai orang yang memiliki otoritas senantiasa memproduksi diskursus dalam bingkai Sunni{\ensuremath{>}} Asy?ari{\ensuremath{>}} karena memang ia menjadi proxy war intelektual Sunni{\ensuremath{>}} Asy?ari{\ensuremath{>}} terhadap kelompok non-Sunni{\ensuremath{>}} (Syi{\ensuremath{>}}?ah Isma{\ensuremath{>}}?i{\ensuremath{>}}liyyah al-Bat\}iniyyah dalam Dinasti Fa{\ensuremath{>}}t\}imiyyah di Mesir). Pemikiran ilmu hadis al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} pada hakikatnya untuk memperjuangkan rezim kebenaran Sunni{\ensuremath{>}} Asy?ari{\ensuremath{>}} karena dalam rezim kebenaran Sunni{\ensuremath{>}} Asy?ari{\ensuremath{>}}, akal dan nas\}s\} (al-Qur?an dan hadis Nabi) adalah dua hal yang menjadi dasar agama sehingga wajib dipertahankan dan diperjuangkan. Al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} sebagai proxy war intelektual pertarungan antara Sunni{\ensuremath{>}} Asy?ari{\ensuremath{>}} dan Syi{\ensuremath{>}}?ah Isma{\ensuremath{>}}?i{\ensuremath{>}}liyyah al-Ba{\ensuremath{>}}t\}iniyyah yang didukung penuh oleh kaum filosof sangat menyadari urgensi penggunaan logika dan filsafat termasuk dalam ilmu hadis, sebab kaum filosof tidak akan menerima penjelasan apa pun tanpa dengan logika dan filsafat yang kuat. Rezim kebenaran ini sebenarnya yang mempengaruhi paradigma epistemik ilmu hadis al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} sehingga berbeda dengan ilmu hadis dari ulama hadis. Ini sekaligus membuktikan bahwa ilmu pengetahuan memiliki relasi dengan kekuasaan. Dalam penjelasan ilmu hadis, al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} selalu menuntut pengetahuan sampai pada d\}aru{\ensuremath{>}}ri{\ensuremath{>}} (pasti dan meyakinkan) melalui qari{\ensuremath{>}}nah (evidensi-sirkumtansial). Penjelasan al-Gazza{\ensuremath{>}}li{\ensuremath{>}} dalam ilmu hadisnya tersebut bisa digunakan untuk mengembangkan ilmu hadis era kini dengan cara menggunakan banyak pendekatan agar mendapatkan qari{\ensuremath{>}}nah-qari{\ensuremath{>}}nah untuk mencapai d\}aru{\ensuremath{>}}ri{\ensuremath{>}} sehingga studi ilmu hadis menjadi lebih kuat dan lebih holistik-komprehensif. Kata Kunci: Otoritas, Kekuasaan, Rezim Kebenaran, Diskursus, Qari{\ensuremath{>}}nah, D\}aru{\ensuremath{>}}ri{\ensuremath{>}}.} }