%A NIM: 1620010026 Lanal Mauludah Zuhrotus Salamah, S.Th.I %O Dr. Sunarwoto, MA., Ph.D. %T HERMENEUTIKA AL-QUR’AN KYAI MISHBAH MUSTHAFA: FUSI HORIZON DAN SUBJEKTIVITAS-OBJEKTIVITAS DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN %X Penelitian tesis ini bermaksud memberikan kontribusi metodologis di bidang kinerja penafsiran Kyai Mishbah Musthafa dengan menjelaskan cara kerja hermeneutik yang beliau gunakan pada kedua karya tafsirnya, Tafsir Al-Iklīl fī Ma‘āni at-Tanzīl dan Tafsīr Tãj al-Muslimīn Min Kalãmi Rabbi al-‘Ãlamīn. Penulis menggunakan teori fusi horizon Gadamer, yaitu pemahaman sejati yang mampu membuat kita mendapatkan kembali konsep-konsep masa lalu secara sedemikian rupa, sehingga pemahaman kita (secara otomatis) juga berisi tentang mereka. Teori ini berfungsi untuk mempertemukan horizon penafsir dan horizon teks, sehingga seorang penafsir dapat menentukan sudut pandang pribadinya, sekaligus mengutarakan maksud yang tertuang dalam teks. Berdasarkan teori fusi horizon Gadamer, penulis menemukan tarik menarik antara subjektivitas dan objektivitas Kyai Mishbah dalam kedua kitab tafsirnya. Pada satu sisi Kyai Mishbah berusaha bersikap objektif terhadap penafsirannya, namun pada sisi lain beliau tidak mampu melepaskan unsur-unsur subjektivitasnya pada kedua penafsirannya. Kyai Mishbah ingin bertahan kepada riwayat-riwayat yang otoritatif, tetapi tidak bisa berlepas dari pendapat-pendapat pribadi. Beliau menginginkan seluruh tafsirnya riwayat, tapi tidak bisa berlepas dari rasio (ra’yi), dan beliau menginginkan tafsirnya tekstualis, tetapi tidak bisa berlepas dari konteks. Hal itu dapat kita lihat dari: 1) ambiguitas penggunaan klaim “tafsir” oleh Kyai Mishbah pada dua karya tafsirnya. 2) klaim Kyai Mishbah yang berusaha menjauhkan diri dar tafsĩr bi ar-ra’yi (tafsir dengan rasio), tetapi justru terdapat banyak rujukan tafsir-tafsir bi ar-ra’yi dalam rujukan tafsir-tafsirnya. 3) Kyai Mishbah mengklaim hadis-hadis rujukan yang ia gunakan sebisa mungkin merupakan hadis şahih dan hasan, bukan hadis da’if. Tetapi penulis menemukan rujukan penafsiran Kyai Mishbah mengandung hadis yang masuk dalam kriteria da’if, dan penggunaannya terkesan subjektif dan dipaksakan. 4) pada satu penafsiran Kyai Mishbah mengatakan taqlid kepada salah satu imam mazhab empat atau kepada seluruhnya merupakan perilaku ijtihadiyah, pada penafsiran yang lain ia mengatakan bahwa mengikuti salah satu imam mazhab empat merupakan perilaku yang keliru, karena bertenangan dengan tuntunan Allah dan NabiNya. Hal itu pula yang terjadi pada penafsiran Kyai Mishbah mengenai KB, MTQ dan pengeras suara, yang secara tidak %K Hermeneutika, Mishbah Musthafa, Fusi Horizon, dan Subjektivitas- Objektivitas %D 2019 %I UIN Sunan Kalijaga %L digilib38652