@mastersthesis{digilib38954, month = {July}, title = {BUDAYA AKADEMIK PONDOK PESANTREN NURUL UMMAH KOTAGEDE YOGYAKARTA DALAM MEMBINA INTELEKTUALITAS SANTRI}, school = {UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM. 1620411058 Adip Mu?ammar Habibi}, year = {2019}, keywords = {Budaya akademik, pondok pesantren, Intelektual}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38954/}, abstract = {Para kritikus pesantren menyatakan bahwa pondok pesantren tradisional memiliki budaya akademik yang tidak berkembang dengan alasan metode pembelajaran dan referensi yang monotone dan mengakibatkan lulusan yang minim karya dan tidak mampu bersaing secara global dalam susunan dunia yang modern. Penulis akan membuktikan kebenaran stetemen tersebut dengan melakukan penelitian di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta yang berdasarkan study pendahuluan penulis menemukan susunan budaya akademik yang berbeda sebagai pesantren yang menganut paham tradisional. Penelitian ini merupakan penelitian study kasus secara partisipatif. Subjek penelitian adalah warga Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede yang meliputi Jajaran Pimpinan, Guru/ustadz pengampu, Pengurus Madrasah Diniyah, Pengurus harian Pondok Pesantren, dan peneliti sendiri sebagai santri kelas 2 ulya Madrasah Diniyah Nurul Ummah Ta 2018/2019. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumtasi yang berlangsung selama 6 tahun. Pemeriksaan keabsahan data meliputi uji validitas yaitu dengan memperpanjang pengamatan, triangunasi yaitu membandingkan antara hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model siklus interaktif yaitu melalui alur proses reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan dan penelitan ini menggunakan pendekatan sosiologi Peter L Berger. Hasil penelitian ini adalah: Pertama, Pondok Pesantren Nurul Ummah memiliki budaya akademik yang jauh lebih berkembang dibandingkan pondok pesantren tradisional lainnya baik dari segi referensi, mata pelajaran, beban menulis dan metode pengajaran. Kedua, Kritik tentng pondok pesantren tradisional tidak relevan pada saat ini mengingat tatanan budaya akademik adalah sebuah konstruksi sosial bentukan manusia yang dapat berubah dalam suatu proses yang mengandung tiga momen: simultan eksternalisasi-obyektivikasi dan internalisasi. Ketiga, Budaya akademik Pondok Pesantren Nurul Ummah membentuk santri yang intelek secara moral belum secara intelektual. Hal ini didasarkan pada belum berkembangnya budaya akademik pada indikator ?Pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral? yang pada penelitian bahsul masail masih menggunakan metode ilhaqi/menukil pendapat teks kitab untuk semua masalah keagamaan. Hal itu penulis pandang sebagai pengendapan budaya lama yang tereksternalisasi kembali menjadi sebuah budaya akademik yang tidak berkembang karena tidak rasional dan tidak kritisanalitis. Santri lebih tepat dikatakan sebagai intelektual secara moral dengan alasan 9 indikator budaya akademik yaitu: Penghargaan terhadap orang lain secara obyektif, kebiasaan membaca, menambah ilmu dan wawasan, kebiasaan mengabdi dan meneliti dalam masyarakat, menulis artikel, diskusi ilmiah, pembelajaran partisipatif dan menejemen yang baik, telah mengalami perkembangan. Indikator-indikator tersebut penulis pandang sebagai intelektual moral karena behubungan dengan kegiatankegiatan yang mencerminkan seorang intelektual.} }