@phdthesis{digilib39105, month = {February}, title = {OTONOMI BURUH PEREMPUAN DI DALAM KELUARGA (ANALISIS GENDER TERHADAP BURUH RAMBUT DAN BULU MATA PALSU DI DESA LAMUK KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 13540083 DWI YULIANINGSIH}, year = {2020}, note = {Dr. Hj. Adib Sofia, S.S, M.Hum.}, keywords = {otonomi perempuan, gender, buruh perempuan, pola relasi suami istri}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39105/}, abstract = {Semakin terbukanya kesempatan kerja di berbagai sektor yang banyak menampung tenaga kerja perempuan menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah perempuan yang terlibat dalam sektor publik. Hal tersebut ternyata berpengaruh terhadap dinamika keluarga di Desa Lamuk Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga, karena semakin banyak istri yang bekerja. Hal yang kemudian menjadi pertanyaan adalah pola relasi yang terjadi antara suami dan istri ketika istri mencurahkan banyak waktunya untuk bekerja, dan bagaimana otonomi buruh perempuan sebagai istri di dalam keluarga. Untuk memahami dan menganalisa temuan lapangan, penelitian ini menggunakan konsep ketidakadilan gender dan tipologi perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research dengan menggunakan pendekatan deskriptifkualitatif. Pengumpulan data melalui proses wawancara mendalam dan observasi. Data primer diperoleh secara langsung melalui proses wawancara dengan subyek penelitian yaitu 10 orang perempuan yang bekerja sebagai buruh rambut dan bulu mata palsu. Data sekunder diperoleh dari jurnal dan dokumen yang berkaitan dengan relasi antara suami istri dalam keluarga dan tinjauan kajian gender dalam keluarga. Hasil penelitian menunjukkan,berdasarkan pola pembagian kerja dan pola pengambilan keputusan keluarga buruh rambut dan bulu mata palsu, mayoritas keluarga buruh rambut dan bulu mata palsu memiliki pola relasi seniorjunior partner. Hal ini dikarenakan isteri yang ikut berkontribusi dalam perekonomian keluarga, tetap menjadikan suami sebagai kepala keluarga yang memiliki kekuasaan yang lebih besar karena diposisikan sebagai pencari nafkah utama. Sedangkan 2 keluarga memiliki pola relasi hampir mendekati equal partner. Suami dan istri samasama bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, namun dalam ranah domestik, suami masih banyak xvii mengandalkan istri. Karena mempunyai penghasilan sendiri, para buruh perempuan menjadi lebih mandiri dan memiliki tingkat otonomi yang tinggi dalam keuangan keluarga. Para buruh memiliki kebebasan dalam pekerjaannya dan dapat mengaktualisasikan dirinya di ruang publik.} }