@phdthesis{digilib39106, month = {February}, title = {HADIS AL-IFKI MENURUT MUHAMMAD HUSAIN AL-TABAABA?I DAN IBNU JARIR AL-TABARI}, school = {UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 16530032 HANA ROSITA KURNIAWATI}, year = {2020}, note = {Dr. AHMAD BAIDOWI, S.Ag., M.Si.}, keywords = {hadis al-ifki, berita bohong, al-qur'an}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39106/}, abstract = {Berita bohong telah menjadi komoditi yang dikonsumsi dan dipertukarkan oleh masyarakat di dunia maya. Konsep berita bohong dalam perspektif al-Qur?an terdokumentasikan dalam firman Allah swt. Q.S. al-Nur ayat 11-21 yang kemudian terkenal dengan istilah peristiwa h\{adis al-ifki. Secara umum, hadis al-ifki selalu dinisbatkan kepada ?Aisyah. Namun dalam penafsiran tertentu terdapat perbedaan riwayat yang digunakan oleh kelompok Syiah dan kelompok Sunni. Guna mengetahui secara mendalam terkait respon al-Qur?an tehadap peristiwa berita bohong tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana penafsiran yang dilakukan kelompok Sunni dan Syiah dengan mengambil salah satu karya Muh\{ammad H\{usain al-Tabataba?i yang berjudul al-Mizan fi Tafsir al-Qur?an dan karya Ibnu Jarir al-Tabari yang berjudul Jami? al-Bayan ?an Ta?wil Ay al-Qur?an. Kajian terhadap kedua kitab tafsir tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aliran teologi seseorang mempengaruhi aliran pemikiran, termasuk pemikiran tafsirnya. Penelitian ini memiliki rumusan masalah, bagaimana penafsiran hadis al-ifki menurut kedua mufassir tersebut, apa persamaan dan perbedaannya, serta apa kekurangan dan kelebihan masing-masing kitab tafsir tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan metode deskriptif-analitik-komparatif. Pada akhirnya, hasil yang penulis peroleh dari penilitian ini bahwa al-Ifku dapat diartikan dengan beberapa istilah seperti al-kizb dan al-buhtan, atau kebohongan paling buruk bahkan keji serta kebohongan dan pengada-adaan paling berat. Adapun penafsiran T\{abataba?i terhadap Q.S. al-Nur ayat 11-21 adalah bahwa serangkaian ayat tersebut bertujuan untuk membebaskan salah satu anggota keluarga Nabi saw. dari tuduhan zina. Sedangkan al-T\{abari menafsirkannya sebagai ayat pembebasan terhadap ?Aisyah r.a. dari berita bohong tentangnya. Dalam menjelaskan objek yang tertuduh dalam insiden hadis al-ifk, baik Tabataba?i dan al-Tabari memiliki argument masing-masing yang secara prinsipil tidak bertentangan dengan maksud kandungan Q.S. al-Nur: 11-21. Ketika menafsrikan Q.S. al-Nur: 11, T\{abat\}aba?i tidak menyebutkan secara jelas siapa yang akan mendapatkan balasan dari dosa penyebaran berita bohong (al-ifku), berbeda dengan al-T\{abari{\ensuremath{>}} yang menyebutkan bahwa yang akan mendapat balasan dari perbuatan dosa tersebut adalah orang-orang yang mendatangkan berita bohong (al-ifku), terutama Abdullah bin Ubay. Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing kitab tafsir, menurut penulis dapat saling melengkapi.} }