eprintid: 39106 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 12259 dir: disk0/00/03/91/06 datestamp: 2020-04-27 06:32:18 lastmod: 2020-04-27 06:32:18 status_changed: 2020-04-27 06:32:18 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: HANA ROSITA KURNIAWATI, NIM. 16530032 title: HADIS AL-IFKI MENURUT MUHAMMAD HUSAIN AL-TABAABA’I DAN IBNU JARIR AL-TABARI ispublished: pub subjects: 2x1.3 divisions: jur_ial full_text_status: restricted keywords: hadis al-ifki, berita bohong, al-qur'an note: Dr. AHMAD BAIDOWI, S.Ag., M.Si. abstract: Berita bohong telah menjadi komoditi yang dikonsumsi dan dipertukarkan oleh masyarakat di dunia maya. Konsep berita bohong dalam perspektif al-Qur’an terdokumentasikan dalam firman Allah swt. Q.S. al-Nur ayat 11-21 yang kemudian terkenal dengan istilah peristiwa h{adis al-ifki. Secara umum, hadis al-ifki selalu dinisbatkan kepada ‘Aisyah. Namun dalam penafsiran tertentu terdapat perbedaan riwayat yang digunakan oleh kelompok Syiah dan kelompok Sunni. Guna mengetahui secara mendalam terkait respon al-Qur’an tehadap peristiwa berita bohong tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana penafsiran yang dilakukan kelompok Sunni dan Syiah dengan mengambil salah satu karya Muh{ammad H{usain al-Tabataba’i yang berjudul al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an dan karya Ibnu Jarir al-Tabari yang berjudul Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an. Kajian terhadap kedua kitab tafsir tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aliran teologi seseorang mempengaruhi aliran pemikiran, termasuk pemikiran tafsirnya. Penelitian ini memiliki rumusan masalah, bagaimana penafsiran hadis al-ifki menurut kedua mufassir tersebut, apa persamaan dan perbedaannya, serta apa kekurangan dan kelebihan masing-masing kitab tafsir tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan metode deskriptif-analitik-komparatif. Pada akhirnya, hasil yang penulis peroleh dari penilitian ini bahwa al-Ifku dapat diartikan dengan beberapa istilah seperti al-kizb dan al-buhtan, atau kebohongan paling buruk bahkan keji serta kebohongan dan pengada-adaan paling berat. Adapun penafsiran T{abataba’i terhadap Q.S. al-Nur ayat 11-21 adalah bahwa serangkaian ayat tersebut bertujuan untuk membebaskan salah satu anggota keluarga Nabi saw. dari tuduhan zina. Sedangkan al-T{abari menafsirkannya sebagai ayat pembebasan terhadap ‘Aisyah r.a. dari berita bohong tentangnya. Dalam menjelaskan objek yang tertuduh dalam insiden hadis al-ifk, baik Tabataba’i dan al-Tabari memiliki argument masing-masing yang secara prinsipil tidak bertentangan dengan maksud kandungan Q.S. al-Nur: 11-21. Ketika menafsrikan Q.S. al-Nur: 11, T{abat}aba’i tidak menyebutkan secara jelas siapa yang akan mendapatkan balasan dari dosa penyebaran berita bohong (al-ifku), berbeda dengan al-T{abari> yang menyebutkan bahwa yang akan mendapat balasan dari perbuatan dosa tersebut adalah orang-orang yang mendatangkan berita bohong (al-ifku), terutama Abdullah bin Ubay. Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing kitab tafsir, menurut penulis dapat saling melengkapi. date: 2020-02-17 date_type: published pages: 121 institution: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM thesis_type: skripsi thesis_name: other citation: HANA ROSITA KURNIAWATI, NIM. 16530032 (2020) HADIS AL-IFKI MENURUT MUHAMMAD HUSAIN AL-TABAABA’I DAN IBNU JARIR AL-TABARI. Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39106/1/16530032_BAB%20I_V__DAFTAR_PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39106/2/16530032_BAB_II_S.D_BAB_SEBELUM_TERAKHIR.pdf